Sigi (ANTARA) - Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau Food and Agriculture Organization (FAO) mulai mendistribusikan bantuan kepada keluarga nelayan dan petani korban bencana gempa, tsunami dan likuefaksi di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala (Pasigala).

Tidak tanggung-tanggung, nilai bantuan yang diberikan dalam acara pendistribusian kepada keluarga petani dan nelayan korban bencana Pasigala di Kabupaten Sigi mencapai USD 1 juta Dollar atau sekitar Rp14 miliar.

"Adalah bagian dari mandat kami untuk memulihkan produksi pangan dan membangun kembali mata pencaharian petani dan nelayan di Palu, Sigi dan Donggala. Kami ingin memastikan mereka dapat kembali bertani dan melaut seperti sediakala, ”kata Kepala Perwakilan FAO di Indonesia, Stephen Rudgard dalam acara pendistribusian bantuan pertanian dan kelautan bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah di Sigi, Selasa (2/7).

Ia menerangkan bantuan di sektor pertanian yang disalurkan berupa 430 ton pupuk, tujuh ton lebih benih jagung, tomat dan cabai rawit dan lebih 500 ribu meter mulsa plastik yang diberikan kepada 8.000 petani di Pasigala.

Sementara di sektor kelautan dan perikanan lanjutnya, bulan ini FAO akan memberikan peralatan memancing termasuk jaring dan kotak pendingin kepada sekitar 3.000 keluarga nelayan.

"Program FAO untuk memulihkan ketahanan pangan di Palu, Sigi dan Donggala yang bernilai USD 1 juta Dollar adalah bagian dari program yang oleh dana tanggap darurat PBB (CERF) untuk membantu pemerintah,"ujarnya.

Ia berharap bantuan yang diberikan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para penerima bantuan sehingga berdampak terhadap pemulihan perekonomian para petani dna nelayan dan tidak diperjual belikan.

"Program FAO dirancang untuk memulihkan produksi pangan dan meningkatkan mata pencaharian rumah tangga dan masyarakat rentan yang bergantung pada sektor pertanian dan perikanan kelautan. Seleksi rumah tangga diselesaikan melalui kerja sama yang erat dengan pemerintah daerah dan pemerintah desa,"katanya.

Keluarga petani dan nelayan korban bencana sangat bersyukur dapat menerima bantuan yang diberikan secara cuma-cuma itu oleh FAO.

Abdul Rahim, salah satu petani di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi merupakan salah satu petani terdampak gempa di daerah tersebut.

Lahan sawah yang telah menghidupi pria berumur 44 tahun dan keluarganya sejak 1997 itu kini tidak lagi produktif akibat saluran irigasi yang melintasi lahan sawah miliknya rusak.

"Sejak 1997 saya telah menanam padi berukuran sekitar satu hektar. Tetapi gempa bumi yang terjadi memotong pasokan irigasi ke sawahku sehingga tahun ini saya belum dapat kembali menanam padi.

Alhasil saat ini ia menggantungkan hidup dengan bercocok tanam jagung dan menyulap lahan persawahannya menjadi lahan perkebunan.

"Saya mendengar hanya dibutuhkan sedikit air untuk menanam jagung. Saya ingin mencoba. Dukungan pertanian apa pun bentuknya akan membantu saya untuk saat ini. Termasuk bantuan dari FAO, ”katanya.
 

Pewarta: Muhammad Arshandi
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019