Pada tahun depan sudah bisa dipromosikan paket-paket pariwisata yang bisa dijual oleh teman-teman 'travel agent'
Jakarta (ANTARA) - Suara dari alat musik gambang dan kromong mengalun di panggung berukuran sekitar 7x3 meter yang berada di depan Balai Kota DKI, tepatnya di trotoar Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.

Panggung tersebut telah dibangun sejak Sabtu (29/6) dini hari, sementara Jalan Medan Merdeka Selatan telah steril dari kendaraan pada Minggu sore.

Dari panggung itu pula terdengar lagu wajib nasional "Indonesia Pusaka" yang kemudian berlanjut dengan "Jali-Jali," "Kicir-kicir" dan sejumlah lagu Betawi.

Tak jauh dari panggung, tepat pukul 15.50 WIB, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengangkat bendera tanda dimulainya parade Jakarnaval 2019.

Beberapa orang menggunakan topeng berukuran besar berbentuk kepala singa dengan bulu merak menyerupai kipas raksasa seakan "berjejalan" di jalanan.

Kesenian dari Ponorogo, Jawa Timur, yang biasa disebut reog itu berebut tempat dengan mereka yang sibuk mengabadikan momentum lewat kamera telepon seluler di sisi jalan. Apalagi, saat penari menggendong Anies untuk naik ke salah satu reog.

Bergeser ke kiri dari wilayah timur Pulau Jawa, tampak delapan orang penari --empat pasang laki-laki dan perempuan-- menarikan tari edan-edanan yang biasa ditampilkan di acara pernikahan dalam adat Yogyakarta.

Para penari tersebut kemudian diikuti oleh pemusik. Di belakang mereka terdapat barisan prajurit Keraton Yogyakarta. Peserta rombongan tersebut ternyata merupakan staf dan pegawai kantor Badan Penghubung Yogyakarta di Jakarta.

"Ini pertama kalinya kami mengikuti Jakarta Karnaval untuk menampilkan kebudayaan Yogyakarta," ujar koordinator penari, Joko Susilo.

Tidak hanya reog dan tarian edan-edanan, ada pula budaya pakaian adat dari Bima, Nusa Tenggara. Bahkan, Kota Administrasi Jakarta Timur melalui sanggar komunitas yang dimiliki wilayah tersebut menampilkan tarian dari Papua yang uniknya diiringi musik gambang kromong.

Sementara itu, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu menampilkan pakaian dan kostum bertema "Seribu Warna" yang didominasi warna biru laut, sesuai dengan destinasi wisata Kepulauan Seribu.

Warna-warni budaya tradisional Indonesia dalam gelaran tersebut ternyata membuat warga Belgia, Floortje Clerix, jatuh hati.

"Saya sangat senang bisa melihat kostum, tarian, dan musik karena semuanya terlihat tradisional dari Indonesia. Sangat berwarna dan menarik bisa melihat berbagai budaya yang berbeda dari Indonesia," ujar perempuan yang akrab disapa Flo itu.

Ia mengatakan parade budaya seperti Jakarnaval tidak ada di negara asalnya.

Namun, dia mengatakan, Belgia memiliki karnaval, yang digelar tahunan setiap Februari, di mana peserta parade melempar permen kepada warga yang menyaksikan.

Di tengah karnaval, tampak sejumlah ahjumma (sebutan untuk ibu-ibu Korea) dan ahjussi (sebutan untuk bapak-bapak Korea) mengenakan pakaian putih dengan lilitan kain warna biru, merah, kuning, khas warna bendera Korea Selatan.

Mereka memainkan alat musik perkusi tradisional Korea Selatan, samulnori. Di belakang mereka sejumlah anak muda menggunakan pakaian seni bela diri asal Korea, taekwondo.

Mereka berhasil memikat hati para penonton saat berhasil memecah kayu dengan gerakan taekwondo.

Rombongan yang diketahui berasal dari Pusat Kebudayaan Korea di Indonesia, Korean Cultural Center Indonesia, milik Kedutaan Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia itu, ditutup dengan sejumlah orang mengenakan baju tradisional Korea Selatan, hanbok.

Selain Kedutaan Besar Korea Selatan, Kedutaan Besar Maroko juga ikut memeriahkan karnaval yang digelar dalam rangkaian perayaan HUT Ke-492 DKI Jakarta itu.

Dalam sesi "Parade Budaya Asing" itu, sejumlah sanggar juga turut menampilkan budaya dari Timur Tengah, India, dan China dengan atraksi liong dan barongsai.

Para peserta karnaval dengan berjalan kaki memulai parade dari Silang Merdeka Tenggara melewati depan Balaikota Jakarta, mengarah ke Jalan M.H. Thamrin, berputar di perempatan depan Bangkok Bank untuk kembali ke arah Monas.

Jakarnaval 2019 ditutup dengan parade kendaraan, salah satunya "transformer" milik Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.

Kendaraan nomor urut 60 yang merupakan jenis kendaraan alat berat ekskavator spider itu beratraksi dengan menunjukkan kemampuan manuvernya dengan mengangkat keempat rodanya serta "memainkan" alat keruknya mirip dengan aksi mobil yang bisa berubah menjadi robot di film "Transformers."

Rute parade kendaraan hias dimulai dari Silang Merdeka Tenggara melewati depan Balaikota Jakarta, mengarah ke Jalan M.H. Thamrin, dan berakhir di Bundaran HI.

                                            Kembali digelar
Sempat vakum dari terakhir kali digelar pada 2015, Jakarnaval kembali digelar pada 2018.

Kegiatan tersebut, menurut Kepala Bidang Destinasi dan Pemasaran Dinas Pariwisata DKI Jakarta Hari Wibowo, berlangsung sukses pada tahun lalu sehingga pada penyelenggaraannya tahun ini Jakarnaval telah masuk dalam agenda tetap Kementerian Pariwisata.

Setelah 2018, kata dia, Kemenpar melirik bahwa Jakarnaval ini kegiatan yang bagus, kemudian dievaluasi, ada kurator juga, sehingga acara ini masuk dalam agenda tetap Kemenpar.

Dengan masuknya Jakarnaval dalam agenda tahunan Kemenpar pada tahun ini, Hari berharap, kegiatan tersebut dapat menjadi salah satu roda penggerak pelaku usaha parwisata.

"Pada tahun depan sudah bisa dipromosikan paket-paket pariwisata yang bisa dijual oleh teman-teman 'travel agent' (agen perjalanan wisata)," kata Hari.

Dalam pelepasan peserta parade, Anies juga berharap, Jakarnaval dapat membantu gerakan perekonomian Jakarta, baik mikro maupun makro.

Jakarnaval yang berupa parade perpaduan budaya itu, menjadi bagian dari perayaan ulang tahun Jakarta.

Diharapkan, kegiatan tersebut bukan hanya menggambarkan kreativitas warga, akan tetapi juga menjadi penggerak ekonomi masyarakat Ibu Kota.
 

Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019