Kerukunan itu indah, kerukunan itu adalah bagian dari jati diri kami masyarakat yang ada di belahan timur Nusantara. Jadi,jangan pernah mengajari kami tentang kerukunan karena kerukunan kami itu basisnya budaya.
Jayapura (ANTARA) - Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Maluk Papua Dr H Hb Idrus Alhamid mengatakan kerukunan adalah bagian dari jati diri masyarakat yang ada di belahan timur Nusantara yakni Papua.

"Kerukunan itu indah, kerukunan itu adalah bagian dari jati diri kami masyarakat yang ada di belahan timur Nusantara. Jadi,jangan pernah mengajari kami tentang kerukunan karena kerukunan kami itu basisnya budaya," kata Idrus Alhamid, setelah mengimami Shalat Idul Fitri 1440 Hijriah, di Lapangan Detazemen Zeni Tempur 10/Waena, Rabu.

Menurut dia, masyarakat yang ada di belahan timur Nusantara ini tidak pernah munafik, tidak pernah merekayasa kerukunan.

 Dia melanjutkan, sehingga kalau ada orang yang memang datang ke Tanah Papua ini berkeinginan untuk membuat tidak rukun, dia mengingatkan bahwa cinta Tanah Air itu sebagai bagian daripada iman.

"Yang dikatakan Tanah Air dimana engkau berpijak, di situlah tanah yang engkau minum airnya, maka jagalah dia dan pelihara dia dengan baik, karena itu bagian daripada ibu-ibu kita," ujarnya lagi.

Sebelumnya, Dr H Hb Idrus Alhamid selaku khatib Shalat Idul Fitri 1440 Hijriah di Lapangan Denzipur 10/Waena mengatakan, wujud dari rasa cinta kita terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah dengan menjaga persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Cinta Tanah Air sebagian dari iman. Mari kita kembangkan pola pemerataan pendidikan baik yang bersifat umum maupun keagamaan," katanya pula.

Dia menyebutkan, bangsa Indonesia dapat keluar dari krisis multidimensi yang sedang dihadapi oleh kita sekarang ini. Untuk itu dalam realitas kehidupan belakangan ini kita diharuskan untuk lebih berhati-hati dalam mengambil model kehidupan, dikarenakan kebanyakan di antara kita yang mungkin masih terpesona dengan hal-hal yang bersifat keduniaan, sehingga mengambil model kehidupan yang bukan islami.

Pewarta: Musa Abubar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019