Jakarta (ANTARA) - Sampah organik seperti sisa makanan bisa ditukar dengan rupiah di Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri di Kemayoran, Jakarta Pusat.

Selain menukar sampah anorganik dengan uang senilai Rp1.500 per kilogram, bank sampah itu menerima aneka sampah organik dan menukarnya dengan uang senilai Rp500 yang dimasukkan ke rekening tabungan nasabah.

"Ini salah satu cara supaya masyarakat mau memilah sampah. Kalau tidak ada hasilnya yang nyata tidak mau mereka," kata Pendiri Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri Esti Sumawarti di Jakarta, Jumat (29/3).

Sejak membentuk bank sampah tahun 2014, Esti menerima sampah organik dan anorganik dari warga.

Beberapa warga dan aparat pemerintah mengingatkan Esti agar berhenti menukar sampah organik dengan uang, namun dia tetap melakukannya karena ingin membiasakan warga memisahkan sampah organik dan anorganik.

"Saya bilang ini salah satu cara untuk membuat mereka membawa sampah," ujarnya.

Keputusan itu membuat Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri menerima lebih banyak sampah organik.

Selama Januari-Maret 2019 tabungan sampah bahan hayati di Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri sudah 1.904 kilogram atau senilai Rp952.000, lebih besar ketimbang tabungan sampah botol plastik yang sebanyak 63,5 kilogram dengan nilai sekitar Rp95.250.

Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos dan lindi (pupuk cair), yang kemudian dijual, sebagian besar kepada nasabah.

Pembeli pupuk produksi Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri kebanyakan sekolah-sekolah di sekitar Kemayoran yang memiliki kegiatan bercocok tanam dan nasabah bank sampah yang hobi berkebun.

"Yang beli SD, kadang RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak), kadang juga nasabah sendiri yang senang menanam. Mereka kurangi dari rekeningnya. Itu mengurangi kewajiban saya membayar sampah mereka," ujar Esti.

Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri kini memiliki 116 nasabah, 26 di antaranya berasal dari luar Kemayoran.

Hampir 90 persen dari nasabah bank sampah itu menyetor sampah organik, salah satunya adalah Alfonsi, yang sudah menjadi nasabah sejak duduk di Sekolah Dasar.

Sekarang Alfonsi sudah menjadi siswa sekolah menengah kejuruan di Kemayoran. Ibunya, Nadia, menggantikan dia mengantarkan sampah ke bank sampah.

"Dulu setiap hari dia bawa sampah ke sini. Kata dia duit bisa diambil buat nambah-nambah kalau dia kuliah," kata Nadia tentang putranya.

Baca juga:
Resep "beberes" sampah warga Rusun Bambu Larangan
Banjarmasin sudah berhasil memilah 10 persen sampah

 

Pewarta: Virna P Setyorini/Prisca Triferna
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019