Palu (ANTARA) - Gempa bermagnitudo 5,7 pada Skala Richter(SR) yang mengguncang kabupaten Poso, pada Minggu,  pukul 09.32 Wita cukup mengganggu jalannya ibadah di gereja-gereja.

Website Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofosika (BMKG) mencatat pusat gempa berada di 53 kilomoter barat daya Kota Poso pada kedalaman 10 kilometer.

Lokasi gempa berada di 1.84 derajat Lintang Selatan(LS) dan 120. 54 derajat Barat Timur(BT), namun gempa tidak berpotensi tsunami, kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam rilis yang dikeluarkan BMKG melalui situs resminya.

Seorang warga desa Kuku, kecamatan Pamona Utara, kabupaten Poso, Feri Timparosa melaporkan bahwa saat gempa terjadi, pada umumnya gereja-gereja di kabupaten Poso sedang melaksanakan ibadah Minggu pagi.

"Para jemaat langsung panik dan berhamburan ke luar gedung gereja dengan teriak-teriak ketakutan," ujar Feri dan menambahkan, ibadah Minggu pagi akhirnya dilanjutkan di halaman gereja masing-masing.

Menurut Feri, meskipun kabupaten Poso tidak terdampak gempa bumi di kota Palu, kabupaten Sigi, Donggala dan parigi Moutong pada 28 September 2018, namun warga di daerah ini ikut trauma dengan dampak gempa yang diikuti tsunami dan likuefaksi tersebut.

"Guncangan gempa di Poso memang terasa cukup kuat, bahkan banyak benda dalam rumah warga sempat berjatuhan ke lantai," ujarnya.

Gempa juga terasa sampai di kota Palu. meski berjarak sekitat 120 kilometer dari pusat gempa.

"Ia, gempanya terasa sampai di sini (Palu)," ujar Gita, seorang warga Palu.

"Kipasku sampai jatuh gara-gara gempa," ujap Lilis Wahyuni, warga Kota Palu lainnya.

Di Gereja Sidang Jemaat Allah, Jl. Tanjung Manimbaya Palu, ratusan jemaat sedang mendengarkan khotbah dari Pendeta Rafles Loke, STh, namun semua jemaat tetap duduk di tempatnya masing-masing, meski satu-dua orang terlihat panik dan ingin keluar gedung gereja.

Pewarta: Rolex Malaha
Editor: Alex Sariwating
Copyright © ANTARA 2019