Mata airnya sudah kesumbat, tertimpa bebatuan, itu sumbernya pipa air untuk rumah-rumah warga di sini
Lombok Utara (ANTARA) - Warga Desa Senaru, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, kembali dilanda krisis air bersih pascagempa tektonik 5,4 skala richter yang terjadi pada Minggu (17/3) sore.

Wiraman, salah seorang petani kopi yang bermukim di dekat gerbang pendakian Gunung Rinjani jalur Utara Senaru itu, mengatakan, air bersih yang bersumber dari mata air pegunungan di wilayah Lokok Prabu itu sudah tidak bisa lagi diandalkan oleh warganya.

"Mata airnya sudah kesumbat, tertimpa bebatuan, itu sumbernya pipa air untuk rumah-rumah warga di sini," kata Wiraman.

Namun sebenarnya, dikatakan bahwa krisis air bersih sudah dialami warga Senaru sebelum terjadinya gempa 5,4 skala richter, Minggu (17/3). Saluran pipa air bersih yang bersumber dari mata air pegunungan itu dikabarkan putus akibat gempa yang terjadi periode

"Memang sebelum kita dapat merasakan air dari pipa yang dibuatkan teman-teman Palawa Unpad (Universitas Padjadjaran) itu, tapi sekarang kondisinya sudah terputus karena gempa-gempa sebelumnya," ujar Wiraman.

Apalagi pascagempa yang terjadi Minggu (17/3) sore, dari pantauan Antara, banyak titik longsor terlihat bermunculan di sekitar tebing perbukitan bawah Gunung Rinjani.

"Bisa jadi gara-gara gempa kemarin itu, mata air yang jadi sumber utama pasokan air bersih di Senaru ini semakin tertimbun rapat," katanya.

Hal senada turut disampaikan pegiat wisata dari Senaru, Nursa'ad, yang mengungkapkan, bahwa sebelum terjadi gempa Minggu (17/3) sore, dirinya bersama warga Senaru yang aktif dalam kelompok masyarakat telah sepakat untuk memperbaiki saluran pipa yang dibuatkan oleh relawan gempa tersebut.

"Ya tapi itu dia, rencana cek lapangan belum bisa kesampaian karena kondisi cuaca yang belum bersahabat, hujan terus di sini," kata Nursa'ad.

Namun sepintas Nursa'ad sudah memiliki gambaran umum terkait kondisi saluran pemipaan air bersih yang sebagiannya diketahui melintas di pinggiran tebing perbuktian kawasan wisata Air Terjun Tiu Kelep tersebut.

Dari kondisinya, perbaikan saluran pemipaan itu membutuhkan tambahan pipa baru seukuran dengan saluran yang sudah terpasang. Pipa baru itu digunakan untuk mengganti yang sudah rusak tertimpa longsoran tanah dan bebatuan.

"Biar semuanya berfungsi kembali, ada sekitar 65 lonjor pipa ukuran besar yang sekarang kita butuhkan, itu kebutuhan utamanya," ucapnya.

Terkait dengan hal tersebut, Nursa'ad mengaku warganya belum bisa memenuhi kebutuhan sarana perbaikannya. Melainkan dia mengandalkan pemerintah maupun belas dari donatur dan relawan.

"Ya semoga saja ada rejeki buat kita bangun lagi," kata Nursa'ad.

Dari pantauan Antara di Desa Senaru, banyak tangki air warga dengan ukuran 500-1000 liter yang terpasang berjajar di pinggir jalan utama menuju gerbang pendakian Gunung Rinjani jalur Utara Senaru itu kosong tak berisi.

Namun ada yang menarik dari pernyataan Halimah, seorang ibu rumah tangga di Desa Senaru. Nampaknya ibu satu anak yang usianya masih balita itu tidak kehabisan akal dal menghadapi krisis air bersih.

Kepada Antara, dia mengatakan bahwa sudah sudah dua hari dirinya mengandalkan debit air hujan yang ditampungnya ke dalam tangki air berwarna kuning tua berukuran 500 liter tersebut.

"Seringnya untuk mandi dan cuci-cuci saja, kadang kita pakai masak, minum juga. Mau bagaimana lagi pak, itu adanya," kata Halimah sembari menggendong si balita.

Baca juga: Atasi Krisis Air Bersih, Kementerian ESDM Bantu Sumur Bor Bagi Korban Gempa Lombok

Baca juga: Wisatawan diimbau tetap tenang respons gempa Lombok


Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019