Kuala Lumpur (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri melalui Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta telah menerima laporan bahwa seorang warganegara Malaysia telah menjadi  korban dan enam lainnya belum diketahui nasibnya dalam  gempa bumi berskala 5.8 Richter yang melanda Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, Minggu jam 02.07 petang waktu setempat.
Pernyataan pers Kemenlu Malaysia menyebutkan ke enam  orang warganegara Malaysia dilaporkan berada di Air Terjun Tiu Kelep di Senaru, Lombok Utara, saat gempa bumi melanda wilayah tersebut.
Getaran akibat gempa bumi tersebut turut dirasakan di kawasan Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok Tengah, Mataram di Nusa Tenggara Barat dan sebagian kawasan selatan Pulau Bali.
Usaha mencari dan menyelamatkan sedang giat dijalankan oleh pihak pemerintah setempat.
Hingga kini pemerintah setempat masih belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai bencana ini.
Kementerian Luar Negeri menyampaikkan rasa sedih dan simpati terhadap korban dan keluarga mereka menyusul bencana gempa bumi ini dan menyarankan supaya semua warganegara Malaysia yang terdampak untuk menghubungi Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta pada nomor telepon
(+6221) 522 4947.
Sementara Menteri Perekonomian Mohamed Azmin Ali mengatakan pihaknya menerima informasi gempa bumi berkekuatan 5.8 skala Richter yang melanda Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat Minggu tengah hari .
"Saya juga diinformasikan bahwa terdapat sekelompok rakyat Malaysia yang berada di sana ketika gempa melanda. Turut berdukacita karena laporan awal menginformasikan bahwa terdapat seorang rakyat Malaysia yang turut menjadi korban sementara beberapa yang lain masih hilang akibat bencana tersebut," katanya.
Baca juga: 12 warga Malaysia korban longsoran air terjun Tiu Kelep dilarikan ke Puskesmas Bayan
Baca juga: Nama-nama korban longsoran air terjun Tiu Kelep di Puskesmas Bayan
Baca juga: 40 wisatawan Malaysia terjebak di air terjun Tiu Kelep Lombok Utara
Baca juga: BPBD NTB evakuasi 5 wisatawan yang terjebak di Tiu Kelep pascagempa 5,8 SR

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019