Pembangunan IPAL komunal di Juminahan dikerjakan bersama dengan perbaikan talut Sungai Code yang ambrol akibat siklon tropis Cemara pada akhir 2017
Yogyakarta, (ANTARA News) - Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Yogyakarta akan menambah jumlah instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal tahun 2019 ini di bantaran sungai sebagai salah satu upaya meningkatkan sanitasi lingkungan.

"Pekerjaan pembangunan IPAL komunal atau 'septic tank' komunal akan kami sinkronkan dengan penataan kawasan kumuh. Limbah dari rumah di tepi sungai disalurkan ke IPAL komunal dan 'septic tank komunal'," kata Kepala Seksi Perumahan dan Permukiman Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kota Yogyakarta Cicilia Novi Hendrawati di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, DPUPK akan melakukan pembangunan IPAL komunal di Juminahan yang dikerjakan bersama dengan perbaikan talut Sungai Code yang ambrol akibat siklon tropis Cemara pada akhir 2017.

Di lokasi tersebut, Cicilia mengatakan, bangunan rumah warga yang semula tepat berada di atas talut akan ditata dengan program M3K  atau "mundur munggah madep kali" (mundur menaikkan dan menghadapkan rumah ke arah sungai).

"Penataan lingkungan permukiman tidak hanya dilakukan dengan menata bangunan atau rumah warga tetapi juga dilengkapi dengan penataan fasilitas sanitasi yaitu pembangunan IPAL komunal," katanya.

Selain di Juminahan, pembangunan IPAL komunal dan "septic tank" komunal juga akan dilakukan di Sungai Manunggal. "Jumlahnya masih terus dihitung. Namun, kami upayakan agar pekerjaan fisik sudah bisa dilakukan triwulan dua dan dikerjakan selama enam bulan," katanya.

Setiap IPAL komunal yang akan dibangun tahun ini, lanjut Cicilia memiliki kapasitas untuk menampung limbah dari 50 rumah, sedangkan untuk septic tank komunal biasanya memiliki kapasitas untuk tiga hingga lima rumah.

"IPAL komunal yang akan kami bangun ini menerapkan teknologi yang sederhana. Berbeda dengan IPAL komunal yang dibangun di Karangwaru yang sudah dilengkapi dengan teknologi pengolahan 'rotating biological contractor' (RBC)," katanya.

Dengan memanfaatkan teknologi RBC, maka IPAL tidak membutuhkan lahan yang luas namun memiliki kapasitas lebih besar yaitu hingga 120 kepala keluarga.

"Ketersediaan lahan menjadi salah satu kendala dalam pembangunan IPAL dan septic tank komunal. Namun, kami tetap upayakan agar fasilitas tersebut terbangun sehingga kondisi sanitasi lingkungan dan kualitas sungai bisa terjaga," katanya.

Sebelumnya, DLH Kota Yogyakarta masih menemukan banyak rumah yang membuang secara langsung limbah rumah tangga bahkan limbah dari toilet secara langsung ke sungai. Pembuangan limbah secara langsung ke sungai tersebut berpotensi meningkatkan pencemaran dan menurunkan kualitas sungai.

Baca juga: Talut longsor Code ditangani dengan bronjong

Baca juga: Instalasi pengolahan limbah tahu dan Batik Yogyakarta gagal lelang

Baca juga: Lima sungai di Bantul tercemar bakteri e-coli

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019