Oleh Berlian Helmy *)

Presiden Bank Dunia (World Bank) Jim Yong Kim pada Senin (7/1) pagi telah mengajukan permohonan atas pengunduran dirinya dari posisi strategis tersebut.

Keputusan itu membuatnya menjadi sorotan publik sebab pengunduran dirinya menjadi tiga tahun lebih cepat dari masa jabatannya.

Jim melalui keterangan tertulis kepada para pegawai Bank Dunia via surat elektronik yang ia kirim menuturkan bahwa pengunduran dirinya disebabkan keinginan untuk bergabung dengan institusi swasta yang memiliki fokus utama pada investasi di bidang infrastruktur di berbagai negara berkembang.

Pengunduran diri Jim tersebut meninggalkan sebuah tanda tanya besar kepada Pemerintahan Donald Trump sebab Kim terpilih untuk kedua kali menjabat sebagai Presiden Bank Dunia melalui nominasi Presiden Amerika Serikat sebelumnya, yakni Barack Obama.

Keputusan Jim secara tiba-tiba untuk mengundurkan diri lebih cepat dari perkiraan berakhirnya masa jabatannya sebagai Presiden Bank Dunia meninggalkan banyak kesan.

Penuturannya mengungkapkan penyebab peristiwa tersebut berdasarkan keinginan bergabung dengan sektor swasta yang berfokus pada investasi bidang infrastruktur di negara berkembang.

Lebih lanjut ia berdalih melalui keputusan baru yang ia ambil saat ini akan memberinya kontribusi lebih pada permasalahan besar seputar perubahan iklim dan kurangnya infrasktruktur yang ada di berbagai negara berkembang.

Keinginan Jim untuk lebih fokus pada isu perubahan iklim yang menjadi salah satu alasannya mundur telah tergambarkan selama masa jabatannya telah membuat pencapaian kebijakan mengenai perubahan iklim.

Hal tersebut pun nampak tatkala Lombok, Nusa Tenggara Barat dilanda bencana alam berupa gempa bumi. Bank Dunia dengan segera menawarkan pinjaman satu miliar dolar AS atau setara dengan Rp15 triliun kepada Indonesia guna menjadi penjamin upaya pemulihan dan rekonstruksi kerugian daerah akibat bencana tersebut.

Terdapat hal lain yang memicu pengunduran diri Jim setelah penuturannya mengambil langkah tak terduga tersebut. Pemicu itu, yakni faktor Jim menghindari pertikaian dengan Presiden Donald Trump akibat beberapa kebijakan yang dibuat oleh Bank Dunia bertolak belakang dengan kebijakan Pemerintahan Trump.

Beberapa kebijakan tersebut berupa penolakan Bank Dunia terhadap proyek-proyek batu bara yang kemudian berlawanan dengan janji Trump beserta pemerintahannya yang menginginkan menghidupkan kembali industri batu bara di Amerika Serikat.

Seiring dengan prosedur tradisional yang telah diketahui bersama bahwa Presiden Bank Dunia merupakan kandidat yang dicalonkan oleh Amerika Serikat, maka pada masa jabatannya kandidat tersebut setidaknya harus memiliki kesepakatan untuk sejalan dengan kepentingan nasional yang dicanangkan Pemerintahan Amerika Serikat.

Dengan perbedaan yang diutarakan Jim melalui alasan pengunduran dirinya, hal tersebut menunjukkan sebuah pertikaian dengan Pemerintahan AS yang memerintah saat ini menjadi salah satu faktor penting di balik dirinya memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan yang telah ia duduki selama enam tahun dalam dua kali periodenya berkuasa.

Meskipun konflik tersebut terendus awak media, baik Jim maupun Trump tidak memperlihatkan adanya pertikaian visi besar dalam setiap pertemuan mereka.

Jim Yong Kim merupakan seorang Presiden Bank Dunia ke-12 pada 2012 setelah sebelumnya sejak 2009 menjabat sebagai Presiden Darthmouth College.

Kim kemudian sebagai nomine kembali untuk selanjutnya menjadi pengganti Robert Zoellick oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Dalam masa jabatan Kim, Bank Dunia memiliki dua visi besar, yakni mengentaskan kemiskinan ekstrem pada 2030, kemudian meningkatkan kesejahteraan bersama dengan 40 persen terfokus pada kesejahteraan negara miskin di dunia.

Kim banyak memfokuskan perannya untuk berpartisipasi pada kesejahteraan negara berkembang sejak ia berkecimpung di dunia kesehatan.

Latar belakangnya sebagai seorang dokter sekaligus antropolog Korea-Amerika tersebut, menjadi penyebab Kim begitu terbuka dengan berbagai isu terkait dengan problematika kesejahteraan masyarakat yang ada di berbagai negara berkembang.

Setelah pengunduran diri Jim, kekosongan posisi Presiden Bank Dunia akan diisi sementara oleh wakilnya, yaitu CEO Bank Dunia Kristalina Georgieva. Georgieva yang akan menggantikan posisi Kim seorang warga negara Bulgaria.

Ia seorang ekonom lingkungan yang telah berkarier pada lembaga internasional sejak 1993 dengan memegang berbagai posisi senior di Uni Eropa setelah sebelumnya Georgieva berkarier di Bank Dunia selama 15 tahun.

Setelah ditinggalkan Kim, Georgieva bahkan mencuitkan isi hatinya melalui akun pribadinya di media sosial Twitter dengan menyebutkan bahwa ia mengapresiasi Jim sebagai mitra kerja yang hebat dan telah menjalin kolaborasi yang sangat efektif dengan institusi mereka.

Georgieva bahkan mengakhiri cuitannya tersebut dengan menyampaikan bahwa Jim merupakan temannya yang akan ia rindukan dalam setiap kolaborasinya, serta tidak lupa menghaturkan harapannya agar kesuksesan akan selalu menyertai temannya itu.

Mengenai pencapaian visi Bank Dunia yang telah dicanangkan, Kim menuturkan beberapa langkah yang dapat diupayakan guna mewujudkan visi tersebut melalui tulisannya kepada Kelompok Bank Dunia.

Hal pertama yang ia sampaikan terkait dengan pencapaian visi tersebut, yakni melakukan percepatan pertumbuhan ekonomi secara inklusif dan bekelanjutan.

Hal kedua ia sampaikan, yakni dengan melakukan pembangunan infrastruktur dan sistem respons akurat berikut peringatan dini terhadap berbagai ancaman, seperti Ebola.

Hal ketiga, yaitu mempersiapkan masa depan berbasis inovasi sebagai "keypoint".

Terkait dengan pembahasan ketiga, Bank Dunia merencanakan untuk melakukan suatu penemuan baru guna membantu meningkatkan investasi negara lebih banyak dan efektif.

Atas dasar keputusan Jim terkait dengan pengunduran dirinya ini, bagaimanapun telah melanggar etika kepemimpinan dalam sebuah organisasi internasional.

Meskipun perbedaan visinya bertabrakan dengan rezim Trump, ia harus bisa menerima kenyataan bahwa merealisasikan "common interest" Bank Dunia yang menaungi berbagai kepentingan negara berkembang hingga negara maju di dunia menjadi fokus utama dalam tugasnya yang tidak bisa dilepaskan begitu saja, akibat hegemoni suatu negara adi daya selayaknya Amerika Serikat.

Sebagai seorang pimpinan tertinggi lembaga keuangan internasional, seharusnya ia bisa menyeimbangkan antara idealismenya dengan tujuan bersama seluruh anggota.

Keputusannya ini bagaimanapun akan memberikan gangguan terhadap berjalannya agenda yang telah dicanangkan Bank Dunia, termasuk berbagai rumusan yang telah ia masukkan ke dalam agenda Bank Dunia tersebut.

*) Penulis adalah Direktur Ideologi dan Politik, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI

Baca juga: Presiden Bank Dunia mengundurkan diri

Pewarta: -
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019