Sebatik (ANTARA News) - Tokoh masyarakat Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara meminta agar pemerintah segera membangun kantor pusat perlintasan (keimigrasian) moderen.

"Hal itu sebagai jawaban keluhan warga yang mengalami kendala sejak pihak Malaysia menutup jalur perlintasan tradisional," kata Zulkifli di Sebatik, Jumat.

Hal itu ungkapkankan Zulkifli dalam acara intraktif Indonesia Menyapa dengan tema "TNI/Polri Kuat Bersama Rakyat", kerja sama RRI, Perum LKBN Antara dan Kemenkominfo.

Sejak puluhan tahun ada jalur perlintasan tradisional, yakni warga perbatasan mendapat prioritas menyeberang ke Tawau, Sabah cukup membuat dokumen lintas batas, syaratnya dilengkapi KTP Nunukan.

Bersamaan dengan perkembangan jumlah penduduk serta perkembangan Kota Sebatik yang kini memiliki lima kecamatan, Malaysia menutup jalur perlintasan tradisional.

Warga Sebatik jika ke Malaysia kini harus membuat paspor di Kantor Imigrasi Tarakan atau Nunukan.

Tingginya arus pergerakan diduga memicu terjadinya kegiatan pendatang gelap, mengingat jalur ke wilayah Malaysia baik darat maupun laut yang disebut "jalan tikus" cukup banyak.

Warga berharap pemerintah segera membentuk pos perlintasan modern atau Kantor Imigrasi di Sebatik.

Menanggapi hal itu, Komandan Satgas Marinir Ambalat XXIII Kapten (Mar) Yusuf Muchram menyatakan akan meneruskan aspirasi itu.

Namun, ia menjelaskan bahwa untuk membangun atau membentuk sebuah kantor keimigrasian butuh waktu karena bukan fisik semata namun dukungan sumber daya manusia dan dukungan berbagai instansi.

Baca juga: Pos perbatasan RI-Malaysia ditambah 18 unit

Baca juga: 197 TKI dipulangkan Malaysia melalui Nunukan

Baca juga: MPR ajak bangun perbatasan Kaltara agar bersaing lawan Malaysia


 

Pewarta: Iskandar Zulkarnaen
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018