Saya ingin menyampaikan apresiasi atas dukungan para mitra ASEAN yang menekankan pada sentralitas ASEAN
Singapura (ANTARA News) - Meningkatnya ketidakpastian dan tantangan global menjadi ancaman bagi semua negara, terutama negara-negara di kawasan Indo-Pasifik.
    
Ketegangan perang dagang, suku bunga AS yang lebih tinggi, nilai dolar AS yang lebih kuat, dan gejolak pasar uang di banyak negara berkembang telah menambah ketidakpastian prospek pertumbuhan kawasan. 

Pada saat yang sama, inflasi mulai naik di seluruh kawasan khususnya di Myanmar, Filipina, dan Vietnam.

Negara-negara berkembang semakin mengalami tekanan pasar seiring inovasi teknologi yang mengakibatkan banyak industri terguncang.

Menghadapai semua tantangan tersebut dibutuhkan kerja sama yang kuat dan saling menguntungkan antarnegara-negara.

Indonesia yang berada di lingkar Samudra Hindia dan Pasifik mengangkat konsep Indo-Pasifik dalam sejumlah pertemuan regional.

Pada pertemuan EAS tahun 2014. Indonesia menyampaikan visi Poros Maritim Dunia yang menekankan arti penting peningkatan kerja sama maritim baik di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

Dalam KTT ke-13 Asia Timur, Presiden Joko Widodo mempresentasikan konsep Indo-Pasifik secara komprehensif dan lengkap 

Presiden menjelaskan bahwa Samudera Pasifik dan Samudera Hindia sebagai Single Geo-Strategic Theatre.

Presiden menyerukan agar Samudera Hindia -  Samudera Pasifik tetap damai dan aman serta tidak dijadikan ajang perebutan sumber daya alam.
Presiden juga menyampaikan bahwa Indonesia secara konsisten terus mendorong kerja sama terkait isu-isu kemaritiman sebagai bentuk terjemahan visi maritim Indonesia.

Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2017, Indonesia menjadi tuan rumah KTT IORA, KTT pertama IORA dan menghasilkan "Jakarta Declaration and Plan of Action."

Kemudian pada 29-30 Oktober 2018, Indonesia menjadi tuan rumah Pertemuan ke-5 Our Ocean Conference yang menghasilkan komitmen multistakeholders mengenai Ocean.

Di samping itu, Indonesia juga menjadi tuan rumah Indonesia-Africa Maritime Dialogue, 29 Oktober 2018 yang menekankan kerja sama pada dua hal yaitu sustainable fisheries dan maritime security.

Presiden mengingatkan bahwa kerja sama maritim juga terus dikembangkan bersama ASEAN.

Saat ini, Indonesia bersama ASEAN sedang mengembangkan satu konsep kerja sama “Indo-Pasifik”.

Presiden menyampaikan bahwa Indonesia siap berdiskusi secara terbuka mengenai konsep Indo-Pasifik di dalam KTT Asia Timur.

Banyak sekali negara yang bicara mengenai Indo-Pasifik. Hal itu menunjukkan bahwa isu Indo-Pasifik itu menjadi perhatian bagi kepala negara lain, ujar dia.

Presiden menyampaikan bahwa pengembangan kerja sama Indo-Pasifik ini tidak memerlukan pembentukan sebuah institusi baru.

Pengembangan kerja sama Indo-Pasifik dilakukan melalui penebalan kerja sama antara negara peserta EAS, dan ke depan, penting untuk meningkatkan kerja sama dengan mitra lain di Samudera Hindia.

"Indonesia juga melakukan konsultasi dengan negara-negara mitra. Saya ingin menyampaikan apresiasi atas dukungan para mitra ASEAN yang menekankan pada sentralitas ASEAN, termasuk dalam pengembangan konsep Indo Pasifik," ujar Presiden 

Setelah melakukan konsultasi yang cukup lama, lanjut Presiden Jokowi, sudah saatnya, saat ini di EAS kita berdiskusi secara lebih terbuka mengenai kerja sama Indo-Pasifik.

Dalam pandangan Presiden Joko Widodo, pengembangan kerja sama Indo-Pasifik penting menekankan pada beberapa prinsip, antara lain, kerja sama, inklusifitas, tranparansi dan keterbukaan.

Prinsip lainnya adalah penghormatan terhadap hukum internasional. Disamping itu, pengembangan kerja sama Indo-Pasifik ini tidak memerlukan pembentukan sebuah institusi baru.

Pengembangan kerja sama Indo-Pasifik dilakukan melalui penebalan kerja sama antara negara peserta EAS, dan ke depan, penting untuk meningkatkan kerja sama dengan mitra lain di Samudera Hindia.

Sementara itu, kerja sama Indo-Pasifik dapat difokuskan pada tiga bidang yaitu kerja sama maritim termasuk dalam menanggulangi kejahatan di laut, kerja sama konektivitas untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan kerja sama mewujudkan pembangunan berkelanjutan untuk pencapaian target SDGs secara inklusif.

Presiden Joko Widodo memahami bahwa pembahasan konsep kerja sama semacam ini selalu memerlukan waktu dan tidak kalah pentingnya memerlukan "trust" satu sama lain.

Dengan "trust" yang diberikan kepada ASEAN sejauh ini,  yakin kita akan dapat bekerja sama, mengembangkan konsep Indo-Pasifik yang akan menguntungkan semua pihak, kata Presiden.

Sementara itu, Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, Jose Antonio Morato Tavares, mengharapkan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara mengadopsi konsep Indo-Pasifik pada 2019.

"Konsep yang saat ini dikembangkan Indonesia bersama ASEAN mendapat tanggapan positif dari kepala negara atau pemerintahan yang hadir. Karena itu diharapkan pada 2019, akan ada "ASEAN's Indo-Pacific" saat pernyataan bersama para kepala negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara pada KTT ASEAN ke-34 di Thailand," ujar Jose Tavares.

Ia mengatakan Indo-Pasifik itu sebuah konsep yang diinisiasi Indonesia yang mengedepankan "soft approach".  Indo-Pasifik menguatkan kerja sama antara negara peserta Konferensi Tingkat Tinggi (Asia Timur) serta mitra lain di Samudera Hindia.

"Tidak ada nada keberatan terkait Indo-Pasifik dari para kepala negara yang hadir dalam KTT ke-13 Asia Timur," ujar dia.

Ia mengungkapkan konsep Indo-Pasifik yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam KTT ke-13 Asia Timur berbeda dengan konsep Indo-Pasifik Amerika Serikat maupun Jepang. 

"Konsep Indo-Pasifik yang disampaikan Presiden berbeda dengan konsep Indo-Pasifik Amerika Serikat (AS). Kita berbicara "soft power" dan "people to people". Sementara AS berbicara "military power". Konsep Indo-Pasifik Jepang itu bagaimana membantu negara-negara kawasan terkait infrastruktur," kata dia.

Dengan demikian, lanjut dia, konsep Indo-Pasifik Indonesia dapat menjadi jembatan bagi negara-negara lain dalam meningkatkan kerja sama dalam hal menghadapi ketidakpastian dan tantangan global.

        
Membangun rasa percaya

Pakar Hubungan Internasional Universitas Padjajaran (Unpad), Teuku Rezasyah, mengatakan Indonesia harus membangun dialog dengan negara-negara berpengaruh di kawasan seperri Amerika Serikat, China, Jepang, maupun Australia untuk menyamakan konsep Indo-Pasifik.

"Terus membangun dialog dengan AS, RRC, Jepang, dan Australia, demi meningkatnya perdagangan bilateral, dan meningkatnya investasi mereka di Indonesia," ujar Teuku Rezasyah.

 Kemudian, Indonesia harus membangun rasa saling percaya, jika Indo-Pasifik tidak akan merugikan 4 negara di atas, dalam jangka panjang.

"Secara khusus Indonesia menggalang ASEAN untuk bersama-sama mengubah nama Indo-Pasifik menjadi Pasifik-Indo, agar tidak terkesan lagi sebagai arsitektur buatan Amerika Serikat," kata dia.

Terkait upaya-upaya Indonesia mematangkan ide Indo Pasifik. Pertama, melakukan penyamaan persepsi dari berbagai Kementerian/Lembaga di kalangan birokrasi Indonesia karena ide Indo-Pasifik ini bersinggungan dengan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), Regional Closer Economic Cooperation (RCEP), ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang telah lebih dulu memiliki kerangka hukum dan sudah tersosialisasi dengan baik.

Kemudian, membuat Cetak Biru dari keterlibatan Indonesia dalam berbagai struktur ekonomi kawasan, dengan Indonesia sebagai pelaku aktif dan penyeimbang dari berbagai skenario persaingan ekonomi banyak negara besar sekaligus.



Baca juga: Penuntasan negosiasi Kemitraan Ekonomi Menyeluruh Regional (RCEP) disepakati 2019
Baca juga: Menko PMK hadiri Penutupan Rangkaian Sidang KTT ASEAN ke-33


 

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018