Kalau sekarang cerita legenda itu akhirnya mesti dikombinasikan dengan zaman yang baru dan terus berjalan. Mau tidak mau tantangannya yang lebih besar
Jakarta (ANTARA News) - Aktris Indonesia Kamidia Radisti mengungkap alasan dirinya tertarik untuk tampil dalam pentas ludruk dalam perayaan HUT ke-50 Taman Ismail Marzuki adalah karena ingin melestarikan seni budaya tersebut.

"Bisa dibilang panggilan leluhur, karena orang tua saya besar di Malang kemudian yang membuat pentas ludruk ini juga Genaro Ngalam artinya saat mereka membikin acara kenapa tidak kita ikut berpartisipasi, hitung-hitung bisa melestarikan ludruk dan ludruk jaman now lagi," ujar Kamidia Radisti di Jakarta, Minggu malam.

Dia lebih lanjut menjelaskan bahwa pertunjukkan ludruk jaman now ini akan sentuhan dengan dibuat menjadi versi kekinian, dan ludruk itu menarik karena banyak cerita-cerita legenda di dalam ludruk.

"Kalau sekarang cerita legenda itu akhirnya mesti dikombinasikan dengan zaman yang baru dan terus berjalan. Mau tidak mau tantangannya yang lebih besar," ujarnya dalam wawancara yang berlangsung santai.

Kamidia Radisti sendiri tampil sebagai bintang tamu dalam pentas ludruk Genaro Ngalam berjudul "Balada Pisang Ambon" dan memerankan karakter seorang anak lurah yang baru lulus SMA, ingin mandiri, terus belajar dan meniti karier.

Sayangnya keinginannya tersebut mendapatkan tentangan dari ibunya yang masih menganut pandangan konservatif dimana seorang gadis hanya perlu belajar memasak, dijodohkan dengan seorang pria, lalu berbakti kepada suami.

Mantan Miss Indonesia 2007 itu berharap kesenian ludruk bisa berkembang dengan adanya penyesuaian pakem-pakem seni itu di era jaman now, sehingga pentas ludruk jadi semakin menarik.

"Bisa terus berkembang dan karena ludruk itu ada pakem-pakemnya, tapi kadang kalau pakem-pakem ini kita kasih simulasi era zaman now sepertinya seni ini akan menjadi menarik dan bisa untuk ditonton," ujarnya.    

Baca juga: Ulang tahun ke-50, TIM gelar pementasan gratis

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018