Jakarta (ANTARA News) - Ketua Ikatan Alumni (Iluni) Sejarah Universitas Indonesia, Patria Gintings, mengingatkan agar elite politik di Indonesia untuk menjaga perilakunya di media sosial karena segala hal yang disampaikan di media sosial akan terekam dan menjadi arsip sejarah pada masa mendatang.
 
"Apa yang kita posting sekarang turut menentukan, apakah masa-masa sekarang nantinya akan dianggap sebagai contoh peradaban yang baik atau bukan," kata dia, dalam diskusi yang digelar Iluni Sejarah UI di Depok, Jawa Barat, Selasa, seperti dikutip dalam siaran persnya. 
 
Diskusi bertajuk "Sejarah Menghadapi Era Digital" itu menghadirkan sejumlah pembicara, antara lain, ahli sejarah publik UI, Kresno Brahmantyo, Kepala Kebijakan Publik Twitter Indonesia, Agung Yudha, dan Gilang Sukmahavi dari LM Brand Strategist.

Gintings menjelaskan, jejak peradaban kuno dunia ribuan tahun lalu bisa diketahui saat ini dari hasil penelusuran lewat medium prasasti, lembar lontar hingga piramida. Begitu pun di Indonesia. 
 
Bangsa Indonesia, kata dia, dapat mempelajari rekam jejak tokoh-tokoh seperti Kartini dan Soe Hok Gie lewat catatan harian yang ditulis di buku.
 
Namun generasi muda 30-50 tahun mendatang akan mempelajari sejarah yang sumbernya digital. Sebab, kata Patria, banyak orang terutama orang Indonesia gemar menyampaikan banyak hal di media sosial. 
 
Berdasarkan penelitian media sosial We Are Social & Hootsuite pada 2018, pengguna aktif media sosial di Indonesia mencapai 130 juta.
 
"Oleh karena itu, lewat diskusi ini, Iluni Sejarah UI sekaligus ingin mengingatkan kita semua untuk menjaga perilaku saat sedang menggunakan medsos. Karena apa yang kita posting sekarang di akun medsos masing-masing, akan menjadi cerminan peradaban kita. Kita tentu tidak ingin peradaban digital Indonesia didominasi pembahasannya dengan soal-soal receh, soal hoaks, atau soal marah-marah saja," kata pria bergelar studi master komunikasi dari London, Inggris, itu.
 
Sementara itu, Brahmantyo mengatakan, sumber digital pada masa mendatang akan menjadi tren bagi para sejarahwan.
 
Oleh karena itu, dia menantang para pengguna media sosial saat ini mempublikasikan segala hal yang baik karena akan menjadi sumber sejarah pada masa mendatang. 
 
"Pada 2006, Time merilis majalahnya dengan konten Person of The Year-nya adalah You. Hal ini karena internet berkembang dan banyak penggunanya yang mengunduh berbagai konten tentang diri masing-masing. Konten itu membuat para penggunanya membuat sejarah tentang dirinya sendiri," kata dia.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018