Jakarta, (ANTARA News) - Ekonom senior Rizal Ramli mengingatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sudah menembus Rp15.000 merupakan awal yang harus diwaspadai oleh pemerintah maupun bank sentral.

"Apakah Rp15 ribu sudah merupakan akhir? kami mohon maaf, karena ini baru permulaan," kata Rizal dalam seminar di Jakarta, Rabu.

Rizal mengungkapkan alasan kemungkinan depresiasi rupiah akan berlanjut yaitu karena Bank Sentral AS (The Fed) masih akan menaikkan suku bunga acuan hingga akhir tahun.

Kondisi itu dapat memicu pembalikan modal dari negara berkembang dan membuat mata uang garuda mengalami perlemahan.

Selain itu, indikator ekonomi negatif yang melanda negara-negara berkembang dan perang dagang antara AS dengan para mitra dagang utama juga bisa berdampak kepada pelemahan rupiah.

Untuk itu, ia meminta adanya upaya lebih dari pemerintah guna memperbaiki defisit neraca transaksi berjalan secara drastis.

Salah satunya dengan menekan impor, bukan hanya barang konsumsi, namun juga bahan baku atau modal yang selama ini membebani neraca perdagangan.

"Kenapa tidak fokus untuk menekan 10 bahan impor Indonesia yang besar, seperti baja? Kalau hanya barang konsumsi, efeknya kecil," katanya.

Rizal juga mengusulkan adanya revisi UU lintas devisa dan sistem nilai tukar untuk memaksa devisa hasil ekspor masuk ke Indonesia. "Kalau mau badan kita sehat, seluruh 'revenue' ekspor harus masuk ke dalam. Indonesia masih rentan terhadap ini," kata mantan Menko Kemaritiman ini.

Ia mencontohkan kondisi Thailand yang saat ini mata uangnya tidak rentan dari tekanan global, karena mempunyai kelebihan devisa dan surplus neraca transaksi berjalan.

Baca juga: Gubernur BI: Jangan lihat kalau Rp15 ribu sudah kiamat

Baca juga: Menguat terbatas, rupiah Rabu pagi jadi Rp15.000

Pewarta: Satyagraha
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018