Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menegaskan kembali sikap Indonesia terkait krisis kemanusiaan Rohingya di Myanmar agar segera diselesaikan dengan baik.
 
"Persoalan kemanausiaan Rohingya di Myanmar jika tidak segera diselesaikan dengan baik, dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas kawasan ASEAN," kata Bambang Soesatyo saat bertemu dengan Presiden Singapura, Halimah Yacob, dan para ketua Parlemen anggota Asean Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) di Istana Kepresidenen Singapura, di Singapura, Rabu, seperti dikutip melalui siaran persnya.

Hadir dalam pertemuan tersebut, Ketua Parlemen Singapura, Myamar, Vietnam, Laos, Kamboja, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Filipina, dan Indonesia.

Pada kesempatan tersebut, Bamsoet mengajak negara-negara anggota Asean untuk mau membantu mencari jalan keluar terbaik bagi krisis kemanusiaan di Myanmar. "Jika persoalan ini tidak segera diselesaikan, dikhawatirkan akan menggangu masa depan Asean sebagai kawasan ekonomi yang stabil, damai, dan terbuka," katanya.

Mantan Ketua Komisi III DPR RI ini menuturkan, dalam pertemuan tersebut, Presiden Singapura, Halimah Yacob, meminta anggota AIPA selalu kompak dan kritis terhadap beragam persoalan yang terjadi di kawasan Asean. Halimah juga berharap kerja sama di kawasan Asean bisa ditingkatkan lagi. 

"Negara-negara anggota AIPA diharapkan bisa meningkatkan peran dan kerja sama di forum-forum global. Pertemuan antar-delegasi parlemen AIPA harus sering dilakukan untuk menciptakan kerja sama yang solid," kata Bamsoet.

Ketua Badan Bela Negara FKPPI ini menambahkan, pada pertemuan tersebut juga membahas permasalahan terorisme yang terus muncul. Ketua Parlemen AIPA sepakat permasalah terorisme menjadi musuh bersama, karena serangan teroris bisa terjadi kapan saja dan di negara manapun.

"DPR RI berharap kerja sama antara negara-negara anggota AIPA dalam penanganan terorisme harus lebih ditingkatkan. Terorisme saat ini menjadi ancaman yang nyata bagi semua negara di dunia tanpa terkecuali," tegas Bamsoet.

Bamsoet mengingatkan, saat ini telah terjadi perubahan pola operasi terorisme, dari aksi tunggal menjadi aksi bersama dengan anggota keluarga. "Modus operandi teroris yang melibatkan wanita dan anak-anak sangat mengkhawatirkan dan membahayakan. Kerja sama dalam bidang pertukaran informasi terkait ancaman terorisme antar negara Asean, merupakan hal yang penting dalam rangka meminimalisir terorisme," tandas Bamsoet.

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018