...karena tempat prostitusi ini semakin merajalela dan tak terkendali...
Batang, Jawa Tengah (ANTARA News) - Komunitas warga Kabupaten Batang mendesak pemerintah daerah segera menutup lokalisasi prostitusi terselubung yang keberadaannya menimbulkan gangguan dan kekhawatiran di kalangan warga sekitarnya.

Perwakilan Aliansi Lembaga Swadaya Masyarakat Kabupaten Batang Subkhan Maulana di Batang, Senin, mengatakan pemerintah kabupaten harus menghentikan pertumbuhan lokalisasi prostitusi yang kini makin tidak terkendali.

"Kami sudah menunggu lama, kapan waktunya pemkab atau instansi terkait dapat menutup lokalisasi karena tempat prostitusi ini semakin merajalela dan tak terkendali," katanya.

Pertumbuhan lokalisasi prostitusi yang tidak terkendali, ia menjelaskan, menimbulkan kekhawatiran mengenai penularan dan penyebaran penyakit menular seksual.

"Kami menilai upaya penertiban tempat prostitusi yang dilakukan oleh instansi terkait selama ini kurang serius. Ini dibuktikan dengan makin maraknya tempat-tempat prostitusi," jelasnya.

Ia mengatakan bahwa kalau tidak dapat menutup area-area prostitusi terselubung itu, pemerintah kabupaten bisa memindahkannya ke area yang jauh dari permukiman padat penduduk, serta lingkungan pendidikan dan kegiatan keagamaan.

"Kami berharap pemkab harus memiliki target atau progres yang jelas dalam upaya menutup atau merelokasi tempat prostitusi agar tidak menganggu aktivitas masyarakat," katanya.

Bupati Batang Wihaji berjanji segera menindaklanjuti desakan dari komunitas warganya dengan menggelar rapat terbatas dengan instansi terkait.

Ia mengatakan permasalahan lokalisasi prostitusi sangat kompleks, tetapi pemerintah daerah akan berusaha mencari jalan tengah.

"Kami secepatnya mengambil langkah dan mengeluarkan kebijakan karena sudah peraturan daerahnya. Pemkab tidak akan menutup lokalisasi tetapi merelokasinya saja ke tempat lain," katanya.

Baca juga:
Seluruh lokalisasi prostitusi di Indonesia bakal ditutup

Keberhasilan Risma tutup Dolly bisa jadi contoh
"Lembah Durian" ditutup 2019

 

Pewarta: Kutnadi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018