Penetapan status gempa Lombok sebagai bencana nasional sedikit banyak juga akan mempengaruhi psikososial relawan
Mataram, (ANTARA News) - Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Nusa Tenggara Barat (NTB), Muslimin mengatakan relawan yang ikut membantu penanganan gempa Lombok juga perlu mendapatkan penanganan psikososial.

"Mereka membantu korban, tentu juga menemukan dan melihat beberapa hal yang mengganggu mereka secara mental," kata Muslimin saat ditemui, di Mataram, Selasa.

Apalagi, sebagian relawan yang membantu penanganan gempa juga warga Lombok sendiri. Mereka juga memiliki keluarga yang ikut terdampak gempa.

Di tengah kecemasan terhadap keamanan keluarganya, mereka tetap menjadi relawan membantu korban gempa. Di sisi lain, juga belum ada kepastian kapan akan berhenti melanda Lombok dan sekitarnya.

"Tentu berbeda dengan relawan dari luar Lombok yang tidak memiliki keluarga di sini. Mereka juga bisa pulang untuk digantikan relawan yang lain," katanya.

Karena itu, Muslimin berharap pemerintah dan berbagai pihak juga memperhatikan penanganan psikososial relawan yang ikut membantu penanganan gempa Lombok.

"Penetapan status gempa Lombok sebagai bencana nasional sedikit banyak juga akan mempengaruhi psikososial relawan," ujarnya.

Gempa masih kerap terjadi di Lombok dan sekitarnya. Tercatat empat gempa cukup besar yang menimbulkan dampak tidak sedikit, yaitu 6,4 Skala Richter(SR) pada Minggu (29/7) disusul gempa 7 SR pada Minggu (5/8), 6,5 Sr pada Minggu (19/8) siang dan 6,9 SR pada Minggu (19/8) malam).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan 506 orang meninggal dunia akibat gempa. Selain itu, 431.416 orang mengungsi, 74.361 unit rumah rusak dan kerusakan lainnya. Kerusakan dan kerugian diperkirakan mencapai Rp7,7 triliun.*

 

Baca juga: Ini harapan relawan soal gempa Lombok

Baca juga: Warga Lombok berharap status bencana nasional


 

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018