Surabaya (ANTARA News) - Teguh alias Dedi Sulistiantono, terduga teroris berusia 41 tahun yang ditembak mati polisi di rumah kosnya, di Jalan Sikatan IV, Manukan Wetan, Tandes, Surabaya, Selasa petang, kesehariannya berjualan ikan dan gorengan.

"Selama sekitar lima tahun indekos di Jalan Sikatan IV, Pak Teguh sehari-harinya berjualan ikan dan jajanan gorengan di Pasar Sikatan," ujar Ketua RT 6/ RW 2 Kelurahan Manukan Wetan, Tandes, Surabaya, Ramin, saat dikonfirmasi di lokasi kejadian, Selasa malam.

Menurut dia, yang terlihat bekerja cuma Teguh. Sedangkan istrinya, Suyanti, usia 34 tahun, hanya dikenal sebagai ibu rumah tangga.

Warga sekitar menyebut Suyanti, istri Teguh, dengan sapaan Keceng, mengacu pada perawakannya yang terbilang kurus.

Istri Teguh sejak pertama kali tinggal di Jalan Sikatan IV Surabaya tidak berjilbab. Baru terlihat berjilbab sejak beberapa bulan terakhir. Itupun masih kerap kali buka-pasang jilbab.

"Yang jelas istri Pak Teguh tidak memakai cadar," katanya.

Keluarga ini selama lima tahun terakhir telah berpindah kos sebanyak dua kali. Semuanya di sepanjang Jalan Sikatan IV Surabaya.

Teguh tercatat sebagai warga asli Surabaya asal Kelurahan Manukan Kulon. Sedangkan istrinya asal Jombang, Jawa Timur. Pasangan ini memiliki tiga anak yang semuanya masih kecil.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera mengatakan Teguh alias Dedi ditembak mati karena berupaya melawan saat hendak ditangkap. Istri dan ketiga anaknya saat ini telah diamankan polisi.

Baca juga: Terduga teroris yang tewas dalam baku tembak dikenal bernama Teguh

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo dan Hanif Nashrullah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018