Kami harap bisa pertahankan zero conflict. Karenanya semua pihak punya peranan untuk bisa menjaganya."
Palembang (ANTARA News) - Dua institusi TNI-Polri dan masyarakat di Palembang sepakat mengeluarkan petisi bersama berupa dukungan untuk pemberantasan aksi terorisme di Tanah Air untuk merespon terjadinya bom bunuh diri di sejumlah titik Surabaya.

Kapolda Sumsel Irjen Pol Zulkarnain Adinegara dan Pangdam II Kodam Sriwijaya Mayjen TNI AM Putranto memulai penandatangan di atas spanduk sebagai tanda melawan terorisme di Jalan Kapten A Rivai, Minggu siang.

Zulkarnain menegaskan Polri tidak akan gentar dalam memberantas terorisme di Indonesia karena sudah menjadi tugas Polri untuk menjaga keamanan dan memberikan kepastian kenyamanan serta ketentraman ke masyarakat.

"Ini sudah tugas kami, dan kami Polri tidak takut. Kami akan semaksimal mungkin menjaga keamanan dan memberantas terorisme yang ada di Indonesia," ujar dia.

Untuk itu, Polda Sumsel akan meningkatkan penjagaan dan pengamanan, khususnya di tempat-tempat ibadah. Diakuinya, pihaknya telah berkordinasi langsung dengan Densus 88 Antiteror terkait kericuhan narapidana teroris dan bom bunuh diri di Surabaya.

Hal itu sebagai upaya antisipasi timbulnya potensi serupa di daerah lain, terutama di Sumsel.

"Kekuatan 6.990 personil Polda Sumsel seluruhnya dikerahkan untuk meningkatkan keamanan dan penjagaan di Sumsel," ujar Zulkarnain.

Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol Slamet Widodo menambahkan, semua penjagaan dan pengamanan ditingkatkan, khususnya di tempat ibadah seperti gereja. "Penjagaan ditingkatkan, kami pun melakukan patroli bersama TNI. Serta memfungsikan CCTV di tempat-tempat strategis," ujar dia.

Slamet pun mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang, tidak mudah mempercayai berita simpang-siur yang tidak jelas kebenarannya, serta tidak menyebarkan foto dari lokasi pemboman.

"Tujuan teroris adalah untuk menebar teror. Dengan menyebarkan foto-foto di lokasi kejadian, tujuan teroris itu tercapai. Jadi tahan diri untuk tidak membagikan foto-foto tersebut," kata dia.

Sementara itu, Pangdam II Kodam Sriwijaya AM Putranto menerangkan TNI pun memiliki tanggungjawab memberi rasa aman di tengah masyarakat. Bahkan seluruh kekuatan TNI sudah diimbau untuk menjaga ketentraman dan kenyamanan serta melakukan patroli di segala tempat terutama di tempat ibadah agar memastikan dalam kondisi aman.

"Kami jalankan tugas dan tanggungjawab kami. Soal terorisme bukan hanya tugas Polri, tapi tugas bersama. Semua pihak sudah seharusnya bekerjasama menangkal aksi terorisme," kata dia.

Bahkan masyarakat pun memiliki peranan menangkal terorisme, caranya memberikan informasi kepada pihak berwajib jika menemukan tanda-tanda adanya aksi terorisme dilingkungan rumahnya.

"Semua harus selalu waspada. Jika ada potensi segera di lakukan upaya dan langkah antisipasi. Untuk masyarakat, bisa langsung menghubungi dan melapor ke pihak berwajib," ujar dia.

Sementara itu, Gubernur Sumsel Alex Noerdin mengaku sudah berkoordinasi dengan TNI dan Polri untuk dapat bersama-sama mengentaskan terorisme dan menangkal jika ada potensi terorisme di wilayahnya.

"Potensi selalu ada, aksi terorisme harus dicegah dan diberantas. Kami bersama TNI dan Polri akan selalu menyiagakan masing-masing personilnya untuk menjaga keamanan di Sumsel," kata dia.

Ia berharap Sumsel akan tetap dijauhi dari aksi-aksi terorisme. Apalagi selama ini Sumsel dikenal sebagai daerah yang zero conflict.

"Kami harap bisa pertahankan zero conflict. Karenanya semua pihak punya peranan untuk bisa menjaganya," kata Alex.

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018