Jakarta (ANTARA News) - Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian menandatangani nota kesepahaman kerjasama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) terkait pemanfaatan iradiasi di bidang karantina untuk memacu ekspor produk pertanian dalam negeri.

"Beberapa negara tujuan seperti Amerika, India, Vietnam dan Pakistan sudah mempersyaratkan teknik iradiasi untuk komoditas pertanian yang akan masuk ke negaranya," kata Kepala Badan Karantina Pertanian, Banun Harpini, pada penandatanganan MoU bersama Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) BATAN di Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis.

Banun menjelaskan dengan semakin ketatnya larangan penggunaan insektisida kimia untuk mengendalikan serangga dan mikroba dalam pangan, iradiasi merupakan alternatif yang efektif untuk melindungi pangan dari kerusakan akibat serangga serta sebagai tindakan karantina untuk produk pangan segar.

Menurutnya, sistem iradiasi yang dilakukan untuk memenuhi persyaratan "phytosanitary" dari negara tujuan memiliki empat keunggulan dibandingkan dengan teknik lain.

Keunggulan tersebut antara lain memiliki waktu aplikasi cepat, tidak meninggalkan residu kimia, dapat diaplikasikan pada komoditas yang telah dikemas dan tidak merusak kualitas komoditas.

Menurut Banun, target terdekat adalah terkait protokol SPS (sanitary and phytosanitary) mangga ke Australia yang sudah ditandatangani pada bulan Februari.

Sebelumnya, Badan Karantina Pertanian (Barantan) dan BATAN telah melakukan riset terbatas terkait teknik iradiasi sehingga diharapkan bisa menjamin ekspor mangga perdana pada musim panen bulan September-Oktober mendatang.

Selain mangga, Barantan melalui Balai Uji Terap Teknik dan Metoda Karantina Pertanian juga telah melakukan penelitian teknik iradiasi pada beberapa jenis buah dan sayuran segar, seperti bawang merah, kedelai, dan alpukat.

Hasilnya, pengunaan teknik iradiasi sebagai perlakuan karantina dengan dosis yang sesuai dan aman dapat memperpanjang daya simpan berbagai jenis buah dan sayuran segar dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.

Baca juga: Purbalingga kembangkan padi hasil rekayasa teknologi nuklir BATAN

Oleh karena itu, Banun terus mendorong teknik tersebut. Ia juga menyebutkan bahwa teknit iradiasi sudah sejalan dengan ketetapan International Plant Protection Convention (IPPC) tentang perlakuan iradiasi untuk keperluan karantina.

Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto memaparkan bahwa teknik ini aman dan sudah diuji oleh Kementerian Kesehatan. Menurutnya, saat ini Indonesia memiliki tiga radiator yang ada di Cikarang, Pasar Jumat dan Serpong.

"Yang buatan Indonesia kita namakan Iradiator Gamma Merah Putih. Tekniknya mudah, buah-buahan dimasukkan kedalam iradiator, kemudian sinar gamma yang ada di bawah air akan muncul dan menyinari buah-buahan, waktu yang dibutuhkan sesuai jenis buahnya, setelah selesai kemudian masuk lagi, begitu seterusnya," kata dia.

MoU tersebut merupakan perhatian bersama kedua institusi, termasuk adanya keinginan untuk meningkatkan akselerasi ekspor dan daya saing produk pangan petani Indonesia yang memenuhi persyaratan keamanan pangan dan SPS.

Banun juga berharap melalui kerja sama tersebut, BATAN dapat memberikan keringanan biaya perlakuan untuk eksportir dalam rangka mendorong dan menunjang akselerasi ekspor produk pangan dan pertanian Indonesia di pasar internasional.

Baca juga: BATAN bahas penggunaan nuklir untuk masyarakat

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018