Surabaya (ANTARA News) - Pakar struktur jembatan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Ir Bantot Sutrisno menilai ambrolnya jembatan Widang di Tuban, Jawa Timur, Selasa, akibat kurangnya perawatan atau pemeliharaan.

Bantot dikonfirmasi di Surabaya mengatakan jembatan yang menghubungkan Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, secara keseluruhan merupakan jembatan yang memiliki umur walaupun belum sampai umur rencana.

"Jembatan membutuhkan pemeliharaan, perawatan agar memiliki umur sesuai dengan yang direncanakan. Apabila perawatan dan pemilirahaan kurang maka akan berdampak pada kinerja dari jembatan menurun bisa juga mengakibatkan kegagalan atau bisa ambrol," kata dosen Teknik Untag itu.

Dia menjelaskan, selain pemeliharaan, kemungkinan yang menyebabkan ambrolnya jembatan antara lain berkurangnya kinerja jembatan akibat menahan beban berlebih.

Menurutnya, banyak yang kurang menyadari jika saat ini banyak jembatan diberi beban yang "overload" dari desain yang dirancang.

"Ada banyak kendaraan yang memiliki terlalu banyak muatan berlebih akan berdampak jembatan akan mengalami lebih tua sebelumnya usianya atau penurunan kekuatan itu bisa membuat ambrol. Maka di situ pentingnya jembatan timbang" katanya.

Dia mencontohkan, seutas kawat ketika diberi tekukan pertama memiliki kekuatan yang kuat, kemudian ditekuk kedua masih kuat. Apabila diberi gaya tekukan yang sering dan besar maka kawat akan sendirinya putus. Itulah baja memiliki sifat kelelahan apabila diberikan beban berulang dengan bobot berat.

"Beban yang lain bisa juga angin. Walaupun pelan, frekuensi angin bisa juga suatu yang disebut resonansi pada jembatan walaupun kemungkinan kecil yang di Tuban. Efek ini bisa lama-lama membesar, bisa membuat ketidakstabilan dan runtuh," ujar pria yang juga Wakil Dekan Fakultas Teknik itu.

Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi kejadian serupa, perlu adanya pengamatan jembatan dalam satu periodik yang berkalanjutan sehingga bisa mengetahui dan ada catatan khusus mengenai jembatan itu. Catatan itu dibutuhkan untuk mengetahui penurunan walaupun itu hanya 1 centimeter saja.

"Ini menunjukkan sebagai peringatan bahwa pondasi terjadi penurunan atau miring. Iniah harus dilakukan pemeliharaan apabila perlu ada peningkatan. Jika tidak bisa ditanggulangi maka tindakan yang harus diambil yang mengganti," ucapnya.

Setelah dilakukan pengecekan dan perawatan, dari situ nanti akan diketahui kira-kira apa yang harus dilakukan. Misalnya kerusakan kecil diadakan perbaikan pengecatan ulang.

"Jika yang disebut bantalan tujuannya agar jembatan bisa mengamodasi itu ada sendi, roll. Sekarang sering tidak hanya sendi roll tapi menggunakan elastomerik. kalau karet sudah mati harus dilakukan penggantian karena tidak bisa selamanya memiliki elastisitas bagus," kata dia.

Baca juga: Jembatan Widang yang ambruk masih bergerak

Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018