Bantul (ANTARA News) - Sudah beberapa hari nelayan di kawasan Pantai Depok, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta tidak berani melakukan aktivitas melaut mencari ikan karena kondisi laut dipenuhi sampah sehingga dikhawatirkan merusak kapal dan jaring.

"Sudah sejak tiga hari lalu aktivitas nelayan berhenti total, kondisi laut dipenuhi material sampah limpahan dari sungai saat banjir beberapa waktu lalu," kata nelayan Pantai Depok Haris Prayogi, Sabtu.

Menurut dia, akibat kondisi tersebut para nelayan memilih untuk mendaratkan kapal dan jaring karena khawatir rusak terkena sampah-sampah yang ada di laut.

"Kami tidak mau ambil risiko, lebih baik tidak melaut dulu. Jika memaksakan melaut maka kapal maupun jaring justru akan rusak. Kapal bisa bocor dan jaring terkoyak," katanya.

Ia mengatakan, para nelayan saat ini banyak yang mendarat dan mengurai jaring dari ranting-ranting kayu dan sampah lainnya yang banyak tersangkut di jaring.

"Jika tidak diurai maka akan merusak jaring sehingga lebih baik beberapa hari ini membersihkan dan mengurai jaring daripada melaut," katanya.

Haris mengatakan, akibat banyak nelayan yang tidak melakukan aktivitas melaut ini maka pasokan ikan di Tempet Pelelangan Ikan Pantai Depok juga menurun drastis.

"Pasokan ikan menurun drastis, padahal pada hari libur seperti ini banyak wisatawan yang datang di Pantai Depok dan menikmati kuliner laut," katanya.

Ketua TPI Pantai Depok Sukirman mengatakan akibat banyak nelayan yang tidak melaut ini dampaknya sangat terasa terhadap pasokan ikan di TPI Pantai Depok.

"Biasanya ada 60 lebih kapal yang masuk, ini beberapa hari ini turun drastis pasokan ikannya," katanya.

Ia mengatakan, dalam kondisi normal dari 60 kapal di Pantai Depok mampu menghasilkan rata-rata satu ton ikan dalam sekali melaut, namun dengan kondisi saat ini pasokan ikan turun lebih dari 50 persen.

"Saat ini kami hanya mengandalkan pasokan ikan dari luar Bantul, seperti Semarang, Pekalongan dan Cilacap Jawa Tengah untuk mencukupi kebutuhan ikan di Pantai Depok," katanya.

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018