... semua sel-sel itu sudah masuk tapi tingkatannya berbeda...
Bandung (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan, infiltrasi atau penyusupan paham radikalisme sudah masuk ke kampus-kampus. Sebagian pelaku dan sekaligus sasaran mereka jelas: mahasiswa.

"Jadi semua sel-sel itu sudah masuk tapi tingkatannya berbeda," ujar Kepala BNPT, Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius, saat menyampaikan kuliah umum, di Gedung Sasana Budaya Ganesa ITB, Bandung, Sabtu.

Dia mengatakan, infiltrasi paham radikalisme juga diduga dilakukan staf pengajar atau dosen kepada mahasiswanya. BNPT sudah mulai memetakan sejumlah dosen atau tenaga pengajar yang diduga memiliki paham radikalisme dan tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.

Ia pun meminta Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi maupun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memperketat penerimaan dosen sebagai antisipasi penyusupan paham-paham radikalisme di dunia pendidikan.

"Saya punya tanggung jawab moral untuk menjaga betul tingkat pendidikan kita jangan sampai disusupi hal-hal yang tidak baik," kata dia.

Menurut dia, penyusupan paham radikalisme sangat mudah penyebar di lembaga pendidikan, hal ini berkaitan erat dengan semakin mudahnya akses teknologi komunikasi digital.

"Kemudian dengan teknologi informasi digital itu menyebar cepat, sangat sulit memonitornya. Kalau dulu kita gampang secara fisik memonitor. Kalau sekarang orang diam, yang dibukanya konten-konten semacam itu," kata dia.

Untuk mendeteksi hal itu, kata dia, diperlukan kerja sama berbagai pihak baik kalangan kampus maupun mahasiswa dengan menginformasikan aktivitas yang dianggap mencurigakan.

"Kami bisa mengidentifikasi kelompok yang memisahkan diri, bikin kelompok ekslusif dan tidak boleh dimasuki orang lain selain golongannya. Khan mudah mendeteksinya tinggal identifikasi," katanya.

Di tempat sama, Rektor ITB, Kadarsah Suryadi, mengatakan, pencegahan penyusupan paham radikalisme ke kampusnya telah dilakukan dengan berbagai cara.

Mahasiswa yang baru masuk dilantik untuk cinta NKRi juga diberikan nilai-nilai kebangsaan, cinta Tanah Air, dan dilantik untuk tetap setia pada NKRI. Hal itu juga berlaku juga bagi dosen.

Apabila mereka melanggar nilai-nilai kebangsaan maka ITB melalui komisi disiplin akan memberikan sanksi. Adapun sanksi yang paling berat yakni dikeluarkan dari kampus.

"Kami punya kode etik dosen, kami jaga itu. Kami punya komisi kedisiplinan untuk mahasiswa, semua kami jaga. Mereka (dosen) juga dilantik ada janji seperti mahasiswa setia pada NKRI, Pancasila, Undang-undang. Sanksinya sama dikeluarkan apabila menganggar kode etik," katanya. 

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018