Agats (ANTARA News) - Tim dari Kantor Staf Kepresidenan (KSP) meninjau langsung kondisi Kampung As yang berada di wilayah Distrik Pulau Tiga, Kabupaten Asmat, Papua, yang dilaporkan banyak anak meninggal dunia akibat menderita penyakit campak dan gizi buruk, Kamis.

Kejadian luar biasa penyakit campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat ini menyebabkan 68 anak meninggal, di mana korban terbanyak berasal dari Kampung As dan Kampung Atat dari Distrik Pulau Tiga.

Antara yang ikut rombongan Tim KSP yang terdiri atas Tenaga Ahli Utama Kedeputian II Bimo Wijayanto dan Tenaga Ahli Madya Theresia Sembiring yang didampingi Pastur Hendrik Hada dari Keuskupan Agats berangkat dari ibu kota Kabupaten Asmat pada Kamis pagi dengan menumpang "speedboat" menuju Kampung As dengan menempuh waktu dua jam lebih.

Kedatangan Tim KSP ini langsung disambut antusias oleh penduduk Kampung As yang semuanya tinggal di pinggiran sungai ini.

Setelah berkeliling kampung melihat kondisi dan warga yang anggota keluarganya menderita penyakit campak dan gizi buruk, TIM KSP dan warga berkumpul di aula kampung.

Usai memperkenalkan diri dan tujuannya berkunjung ke Kampung As, Tim KSP mengajak dialog dan mengungkapkan fakta yang terjadi sehingga banyak penderita penyakit campak ini meninggal.

"Bapak ibu saya minta mengungkapkan keluhan dan permintaan yang nanti bisa disampaikan kepada pemerintah daerah maupun ke Presiden Joko Widodo," kata Bimo di hadapan para warga.

Salah satu warga, Ius User, mengatakan penyakit yang mengancam warganya tidak mengenainya. Sebanyak 11 anak-anak dari kampungnya meninggal dalam waktu tiga hari.

"Satu hari meninggal tiga orang, besoknya empat orang berturut-turut. Sebanyak 11 orang meninggal dalam tiga hari," ungkap Ius.

Dia mengungkapkan di kampungnya ada gedung kesehatan. Namun, petugasnya tidak ada, semuanya berada di kota.

"Yang ada hanya petugas dari kampung yang tidak memiliki pendidikan untuk memberi obat. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada obat-obatan dan petugas," katanya.

Ius mengatakan perumahan yang disediakan untuk petugas kesehatan juga kosong. "Rumahnya kosong karena orangnya berada di kota," katanya.

Warga lainnya juga meminta pemerintah untuk membangun rumah yang layak dan diberikan tampungan air bersih sehingga masyarakat bisa hidup sehat.

Kader posyandu Kampung As, Netty, mengungkapkan hampir satu tahun ini tidak ada petugas kesehatan yang melayani di kampungnya.

Selain itu, tidak adanya angkutan yang membawa pasien ke rumah sakit membuat banyak penderita penyakit campak dan gizi buruk yang meninggal.

"Adanya perahu biasa yang hanya didayung sehingga saat membawa anak untuk dibawa ke puskesmas meninggal di jalan," ungkapnya.

Mendengar keluhan tersebut, Bimo mengatakan berbagai keluhan warga itu akan disampaikan kepada pemerintah daerah hingga Presiden agar bisa mengakhiri penderitaan warga Kampung As.

Bupati Asmat Elisa Kambu sebelumnya mengakui kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk ini terjadi sejak September 2017 dan pada akhir Desember baru diketahuinya.

Kambu mengatakan pihaknya langsung bekerja sejak 1 Januari 2018 walaupun dengan keterbatasan tenaga medis.

Bupati menyebut Pemerintah Kabupaten memiliki satu RSUD tipe D dan 16 puskemas. Namun, hanya tujuh puskesmas yang memiliki dokter.

Sementara jumlah dokter yang bertugas di Asmat sebanyak 12 dokter umum dan satu dokter spesialis bedah dari Program Nusantara Sehat Kemenkes.

Dia mengakui saat ini telah dimulai berbagai tindakan untuk mengatasi KLB penyakit campak dan gizi buruk ini.

Bupati Asmat juga berterima kasih kepada Mabes TNI, Polda Papua, Kementerian Kesehatan, dan Kemnterian Sosial yang langsung turun tangan dalam menanggulangi bersama KLB penyakit campak dan gizi buruk di wilayahnya.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018