Persiapannya sekitar satu mingguan di sini untuk memadukan koreografi dengan teman-teman Nanchang."
Nanchang, Jiangxi (ANTARA News) - Perhimpunan Pelajar Indonesia di Tiongkok (PPIT) mengolaborasikan anggotanya di Harbin dan Nanchang untuk mementaskan legenda Ken Arok.

Legenda yang dikemas dalam format opera di kampus Jiangxi Normal University (JNU) Nanchang, Sabtu (2/12) malam, berhasil menyita perhatian masyarakat setempat dan mahasiswa dari berbagai negara.

Bahkan, setengah jam sebelum acara yang baru dimulai pukul 19.00 waktu setempat (18.00 WIB) itu, gedung pertunjukan di kampus tersebut sudah dipadati ratusan penonton.

Legenda yang menyuguhkan intrik kekuasaan dan kisah asmara Ken Arok-Ken Dedes tersebut sebelumnya telah dipentaskan di Harbin, Provinsi Heilongjiang, pada 20 Mei 2017.

Namun, atas dukungan penuh dari PPIT dan Rumah Budaya Indonesia di bawah naungan Atase Pendidikan Kedutaan Besar RI di Beijing lakon tersebut dipentaskan lagi di Nanchang, Provinsi Jiangxi.

Secara umum tidak ada perbedaan pementasan di Harbin dan Nanchang, kecuali formasi beberapa pemain utama dan pendukung pertunjukan tersebut, khususnya pemeran Ken Dedes dan Tunggul Ametung.

"Ada beberapa di antara kami yang tidak bisa ikut ke sini karena kesibukan studi," kata Joshua Adriel Mulyanto, pemeran Ken Arok.

Ia bersama 10 rekannya dari Harbin Institute of Technology (HIT) menempuh perjalanan ribuan mil dari wilayah utara ke selatan China untuk bertemu sesama pelajar asal Indonesia di Nanchang guna mementaskan lakon yang pernah sukses memukau ratusan penonton di kampusnya.

"Persiapannya sekitar satu mingguan di sini untuk memadukan koreografi dengan teman-teman Nanchang," kata Jeremia William Chandra, mahasiswa jurusan bahasa Mandarin HIT yang bertindak sebagai sutradara.

Sama dengan di Harbin, pementasan Ken Arok di Nanchang juga melibatkan sejumlah mahasiswa asing, di antaranya dari Bangladesh, Nepal, dan Kirgistan.

"Saya sangat senang mendapatkan kesempatan untuk tampil dalam pementasan ini," kata Nafeu Hassan Hilal, mahasiswa JNU asal Bangladesh, yang berperan sebagai prajurit Kerajaan Tumapel.

Pentas seni para mahasiswa Indonesia tersebut juga mendapatkan apresiasi dari pihak universitas terbesar kedua di Provinsi Jiangxi itu.

"Tentu saja kami bangga dengan anak didik kami dari Indonesia. Tidak hanya kepiawaian dalam seni, melainkan mereka juga bisa melibatkan rekan-rekannya dari negara lain," kata Deputi Direktur Kerja Sama Internasional JNU, Li Haijun.

Pementasan tersebut juga didukung oleh 10 mahasiswa asal Indonesia di Nanchang.

"Harus diakui bahwa pelajar Indonesia telah menjadi duta budaya Nusantara di luar negeri," kata Sutana Rihesti Triaswarin, tenaga pengajar Bahasa Indonesia dari Universitas Indonesia.

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017