Dakar, (ANTARA News) - Empat anggota pasukan pemelihara perdamaian PBB di Republik Afrika Tengah tewas dan delapan lainnya terluka menyusul serangan terhadap iring iringan mereka Senin malam oleh pemberontak di sebelah tenggara negara itu, misi PBB (MINUSCA) mengatakan pada Selasa.

Seorang anggota pasukan penjaga perdamaian dari Kamboja, tewas oleh tembakan pada serangan Senin di dekat kota Bangassou, sekitar 730 km (450Mil) sebelah timur ibukota Bangui, sebut pernyataan MINUSCA.

Tiga penjaga perdamaian lainnya ditemukan tewas pada Selasa, setelah hilang selama serangan, menurut misi itu. Seorang anggota penjaga perdamaian masih dinyatakan hilang.

Delapan pemberontak juga tewas dan beberapa lainnya terluka saat serangan Senin, kata MINUSCA.

Helikopter PBB dan pasukan penjaga perdamaian dikerahkan untuk mengamankan daerah dan mencari anggota yang hilang, sedangkan penjaga perdamaian yang terluka dievakuasi dengan pesawat ke rumah sakit di Bangui, tambah MINUSCA.

"Kami akan terus melakukan segala upaya yang kami mampu untuk menemukan anggota yang hilang," kata juru bicara MINUSCA Herve Verhoosel melalui telepon.

Menurut Reuters, serangan tersebut terjadi setelah lima badan bantuan internasional menangguhkan operasi sementara di wilayah utara Republik Afrika Tengah pekan lalu karena adanya serangan terhadap pekerja kemanusiaan oleh kelompok bersenjata.

Republik Afrika Tengah adalah salah satu negara yang paling berbahaya di dunia untuk operasional lembaga bantuan.

Lembaga PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan pekan lalu setidaknya terjadi 33 serangan terhadap pekerja bantuan pada empat bulan pertama 2017.

Republik Afrika Tengah mengalami kekerasan antaragama sejak 2013, ketika sebagian besar kelompok Muslim Seleka merebut kekuasaan, mendorong aksi pembalasan dari kelompok Kristen anti Balaka.

Seleka dan kelompok lainnya sejak terpecah, mendorong terjadinya kekerasan lebih lanjut walaupun Faustin-Archange Touadera memenangi pemilihan presiden pada Maret 2016, yang membangkitkan harapan terjadinya rekonsiliasi.

Misi PBB memiliki 13.000 anggota penjaga perdamaian di lapangan, namun beberapa warga sipil mengeluh bahwa jumlah tersebut tidak cukup untuk melindungi mereka melawan puluhan kelompok bersenjata.

Lebih dari 2,2 juta warga, hampir setengah dari jumlah penduduk keseluruhan negara itu, membutuhkan bantuan kemanusiaan, menurut OCHA.

(Uu.Aulia/KR-AMQ/B/a032) 

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017