Jakarta (ANTARA News) - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) tengah melakukan persiapan terakhir bagi pengujian varietas Mira-2, yaitu padi hasil mutasi dan radiasi nuklir yang menghasilkan beras dengan jumlah lebih banyak dan enak dibandingkan Mira-1. "Mungkin pada Juni nanti hasil penelitian varietas ini bisa disidangkan di Departemen Pertanian dan kemudian dilepaskan ke publik," kata Profesor Mugiono, pengembang padi mutasi dan radiasi nuklir Batan, kepada ANTARA News di Jakarta, Senin. Ia menjelaskan bahwa generasi terbaru varietas hasil mutasi dan radiasi nuklir ini mempunyai kelebihan daripada Mira-1, yaitu varietas pemuliaan dari jenis padi Cisantana yang dilepas ke publik pada 6 Maret 2006. "Mira-2 menghasilkan beras berkualitas lebih bagus, lebih kristal. Selain itu tingkat produktifitasnya rata-rata bisa mencapai 6,43 ton/hektar, dan berpotensi maksimal hingga 8,75 ton/hektar," kata Mugiono. Dibandingkan dengan Mira-1, ia menilai, yang rata-rata produksinya tiap hektar sekitar 6,29 ton, varietas baru ini lebih banyak produksinya. Pada tahun 2000 benih varietas Cisantana diradiasi dengan sinar gamma dari Timbal 60 dengan dosis 0,20 kGy, lalu diperoleh galur mutan Obs-1688/PsJ, Obs-1692/PsJ dan Obs-1695/PsJ. Galur Obs-1688/PsJ dilepas ke publik sebagai varietas unggul dengan nama Mira-1, sementara Obs-1692/PsJ diberi nama Mira-2. Baik Mira-1 dan Mira-2 memiliki umur genjah yaitu 120 hari, sehingga dalam satu tahun petani dapat memanen 3 kali dari padi varietas tersebut. Penggunaan teknik mutasi pada pemuliaan tanaman di Indonesia dilakukan secara intensif mulai pada tahun 1972, yaitu setelah Batan memperoleh proyek penelitian mutasi dari IAEA (Badan Atom Internasional). Proyek tersebut dilaksanakan selama 5 tahun dengan mendapat bantuan berupa peralatan laboratorium dari UNDPO/IAEA. Tujuan penelitian dari proyek tersebut adalah meningkatkan kadar protein dari biji padi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007