Jakarta (ANTARA News) - Serikat pekerja Inggris, pada Rabu (1/3) waktu setempat, mengungkapkan Ford akan mengurangi 1.100 pekerja mereka di pabrik mesin di Wales, meski dibantah pihak Ford.

Pemilik pabrik mesin mobil dengan kapasitas produksi tertinggi di Inggris itu menyatakan penarikan investasi tahun lalu disebabkan rendahnya permintaan mesin berbahan bakar bensin, namun menegaskan tidak berencana melakukan pemotongan signifikan.

Kendati demikian, serikat pekerja GMB dan Unite menyatakan pimpinan perusahaan telah mengonfirmasi rencana tersebut dalam sebuah peremuan Rabu (1/3) bahwa sebanyak 1.100 pekerja akan dikurangi dalam jangka waktu lima tahun, menyisakan hanya 600 pekerja saja di pabrik Ford di Brigend, Wales.

"Mimpi buruk bagi para anggota kami di Brigend sayangnya menjadi kenyataan. Ini merupakan pukulan telat bagi anggota kami yang merupakan pekerja keras di pabrik Ford, juga bagi keluarga mereka serta serikat pekerja secara umum," kata Jeff Beck dari GMB.

Kedua serikat pekerja mengatakan mereka akan berkonsultasi dengan para anggota dan tidak menutup kemungkinan menempuh aksi mogok kerja.

Namun, hal itu dibantah Ford, yang tahun lalu berkontribusi terhadap sepertiga dari total produksi 2,4 juta mesin di Inggris pada 2015.

"Tidak benar. Kami tidak dalam posisi untuk mengonfirmasi rencana pengurangan pekerja. Kami masih memiliki waktu bertahun-tahun sebelum itu terjadi," kata juru bicara Ford, yang menambahkan "kami mengajukan kelompok kerja bersama GMB dan Unite untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan bisnis di masa mendatang." "Di antara tuntutannya adalah jaminan kesehatan angkatan kerja saat ini untuk dua hingga tahun ke depan. Di luar itu kami melihat ada penyesuaian proyeksi bisnis, itulah mengapa kami mengumumkan pengurangan investasi pada September (2016 -red) lalu," ujarnya melanjutkan.

Sekjen serikat pekerja Unite, Len McClusky, mendesak campur tangan pemerintah Inggris atas hal itu, sementara di lain kesempatan Perdana Menteri Theresa May menyatakan pihak pemerintah akan mengadakan komunikasi rutin dengan Ford agar mereka berkenan melanjutkan "kesuksesannya" di Inggris, selepas negara itu memutuskan angkat kaki dari Uni Eropa.

"Menteri-menteri pemerintah ini menjalin hubungan dengan sejumlah perusahaan di sektor otomotif, termasuk Ford. Kami telah berbincang dengan Ford, dan akan terus melakukannya untuk mencari hal-hal yang bisa dibantu agar kesuksesan mereka di sini berlanjut," kata May.

Sebelumnya, pada Selasa (28/2) setempat, pabrikan Jepang Nissan menyatakan pemerintahan May harus menghadirkan berbagai solusi untuk memastikan industri otomotif tetap kompetitif selepas Brexit.

Nissan juga menyatakan baru akan meninjau ulang strategi investasi mereka jika dan hanya jika hal-hal terkait Brexit sepenuhnya, demikian Reuters.
Penerjemah: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017