Naiknya beberapa kebutuhan seperti listrik, cabai, juga mempengaruhi daya beli masyarakat,"
Gunung Kidul (ANTARA News) - Penjualan daging sapi di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak terpengaruh dengan isu penyakit antraks yang ada di Kabupaten Kulon Progo, namun beberapa hari terakhir penjualan daging mengalami penurunan.

Salah satu pedagang daging sapi Pasar Arogosari Boyem di Gunung Kidul, Senin, mengatakan permintaan daging sapi di Pasar Argosari dari hari ke hari semakin menurun.

"Dalam sehari saya hanya mampu menjual daging sapi tiga kilogram saja. Biasanya bisa menjual sebanyak 10 kg. Penurunan permintaan terjadi pada beberapa hari terakhir ini," kata Boyem.

Dia mengaku belum mendengar penyakit antraks, yang beberapa hari terakhir ramai dibicarakan. Penyebab lesunya permintaan daging sapi juga karena harga yang masih di atas Rp120 ribu rupiah per kilogram.

"Naiknya beberapa kebutuhan seperti listrik, cabai, juga mempengaruhi daya beli masyarakat," katanya.

Boyem mengatakan daging sapi yang ia jual merupakan daging sapi segar yang dipotong langsung dari pemotongan sapi, ciri daging tidak segar ia memilih untuk tidak menjual daging sapi.

"Daging kami berasal dari lokal asli sini, sehingga kwalitasnya tetap terjaga," katanya.

Pedagang lainnya, Karni mengakui sejak lima hari terakhir mengalami penurunan penjualan. Pedagang baso yang biasa menjadi langganannya biasa membeli 5 kg hanya membeli 3 kg.

"Memang menurun, padahal harganya cukup stabil dan tidak mengalami kenaikan," kata dia.

Dia berharap dengan adanya isu penyakit antraks tidak mempengaruhi penjualan daging di tingkat Kabupaten Gunung Kidul. "Pemerintah harus segera melakukan langkah antisipasi, jangan sampai menyebar sampai sini, karena kasihan pedagang kecil seperti kami," harapnya.

Salah seorang pembeli, Wahyu mengatakan dirinya sudah mendengar adanya kabar penyakit antraks, namun dirinya tidak begitu terpengaruh dengan hal itu.

"Hari ini kebetulan saya beli 1 kg. Saya tidak khawatir, di sini dagingnya lokal, jadi aman saya rasa," katanya.

Pewarta: Sutarmi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017