Jakarta (ANTARA News) - Kecelakaan nuklir terparah di dunia pada 26 April 1986 silam, di Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl, menumbuhkan kesadaran bahwa peningkatan sistem dan budaya keselamatan merupakan hal utama dalam industri nuklir. Belajar dari peristiwa Chernobyl, Indonesia sungguh-sungguh melakukan kajian dampak lingkungan serta pilihan teknologi yang akan digunakan untuk PLTN dengan memperhatikan aspek keselamatan, keamanan dan manfaat bagi bangsa di tengah pergaulan internasional, kata siaran pers Biro Kerja Sama, Hukum dan Hubungan Masyarakat Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), di Jakarta, Kamis. Disebutkan, kecelakaan berupa terbakarnya PLTN tersebut didahului ledakan uap (bukan ledakan nuklir) disusul pelepasan zat radioaktif ke lingkungan sekitar. PLTN yang terletak di Ukraina, eks negara bagian Soviet itu, kini ditutup dengan semen cor (sarcophagus) dan dibersihkan (dekontaminasi). Malapetaka itu kemudian mendorong berbagai upaya internasional untuk meningkatkan keselamatan desain dan operasi, tak hanya melalui organisasi nuklir internasional (IAEA), tetapi juga organisasi lainnya, seperti Asosiasi Operator PLTN Dunia (WANO). Lewat kegiatan itu, nyatanya PLTN dunia dalam 16 tahun terakhir makin aman. PLTN di Chernobyl dikembangkan para era Perang Dingin berdasarkan desain untuk tujuan militer yang mengabaikan faktor keselamatan. Terdapat kesalahan fatal dalam desain, yaitu tak punya pengungkung (containment) pencegah kebocoran radiasi, dan memiliki koefisien temperatur positif. Artinya, jika temperatur naik, maka reaktivitas ikut naik, sehingga reaksi fisi menjadi tak terkendali. Desain PLTN di Barat menggunakan pengungkung dan memiliki reaktivitas negatif lebih aman. Pada Desember 2005 Forum Chernobyl, yang terdiri atas beberapa badan PBB seperti IAEA, WHO, UNDP, pemerintah Belarusia, Rusia dan Ukraina mengeluarkan laporan 600 halaman berjudul "Chernobyl`s Legacy: Health, Enviromental and Socio-Ekonomic Impacts". Laporan tiga volume yang dibuat ratusan ilmuwan, ekonom dan ahli kesehatan itu menghitung dampaknya setelah 20 tahun. Hingga pertengahan 2005 jumlah korban langsung akibat radiasi dinyatakan kurang dari 50 orang. Menurut forum itu, dampak kematian secara tak langsung dari kecelakaan itu sulit ditentukan, mengingat adanya faktor lain seperti efek psikologis, depresi ekonomi, kemiskinan dan gaya hidup pasca runtuhnya Soviet. Namun begitu bahwa 99 persen dari 4000 kasus kanker thyroid yang diyakini sebagai akibat radiasi berhasil disembuhkan. Belajar dari pengalaman Chernobyl, kata siaran pers yang ditandatangani Dr. Ferthat Aziz, yang oleh sebagian pakar digolongkan sebagai PLTN generasi pertama, sekarang dunia menggunakan PLTN generasi III dan III plus. PLTN generasi terakhir ini jauh lebih aman dan ekonomis. PLTN yang kini sebagian besar beroperasi adalah berasal dari generasi II dan terbukti aman dan selamat, kata siaran pers yang ditandatangani Dr. Ferthat Aziz itu. Dewasa ini, lanjut dia, muncul konsep PLTN generasi IV yang lebih aman, ekonomis, limbah minimal dan tahan proliferasi. Dan, dalam rangka persiapan PLTN, Batan berkewajiban membantu dengan melakukan penelitian dan pengembangan teknologi dan energi nuklir, kajian tekno-ekonomi dan sosialisasi, informasi dan edukasi publik. Selama 42 tahun melakukan riset, Batan membuktikan ternyata Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia mampu mengoperasikan, memanfaatkan dan membangun, reaktor riset dengan aman dan selamat. SDM Indonesia mampu Batan juga dipercaya lembaga internasional (IAEA) untuk menyelenggarakan pelatihan ketekniknukliran secara regional, termasuk dalam bidang kesiapsiagaan nuklir, yang merupakan modal dasar menuju PLTN, katanya. Sebagian SDM Indonesia juga ada yang bekerja di lembaga nuklir internasional dan swasta di luar negeri. Karena itu, kajian tapak yang dilakukan Batan memperhatikan aspek meteorologi, angin, curah hujan, aspek geologi seperti gempa, tsunami, tektonik, patahan, stratigrafi, banjir sungai, aspek lingkungan seperti kependudukan dan ulah manusia. Batan, sebutnya lagi, merekomendasikan reaktor yang digunakan adalah dari generasi III atau III plus yang lebih ekonomis dengan sistem keselamatan secara total. Indonesia bersama masyarakat internasional telah menyepakati traktat dan konvensi yang terkait dengan pemanfatan nuklir untuk tujuan damai. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007