Paris (ANTARA News) - Presiden Francois Hollande mengatakan pada Rabu (13/7), bahwa Prancis akan mengakhiri operasi militer di Republik Afrika Tengah pada Oktober mendatang.

"Menteri Pertahanan Jean-Yves Le Drian akan pergi ke Republik Afrika Tengah pada Oktober mendatang untuk secara resmi mengakhiri Operasi Sangaris," ujar Hollande di Kementerian Pertahanan Prancis.

Operasi Sangaris diluncurkan pada Desember 2013 guna meredam aksi kekerasan antara milisi Kristen dan pemberontak Muslim yang telah merenggut ribuan korban jiwa dan memaksa setengah juta warga mengungsi.

Pasukan Prancis, yang beranggotakan lebih dari 2.000 tentara, ditarik secara bertahap hingga berkurang menjadi 350 personel pada Juni.

Untuk meredakan konflik sektarian, PBB mengirim pasukan perdamaian MINUSMA, yang beranggotakan lebih dari 12 ribu polisi dan tentara, serta lebih dari 500 staf sipil asing.

Aksi kekerasan kembali merebak sejak pertengahan Juni sehingga memaksa sekitar 6.000 orang mengungsi ke Chad dan Kamerun, menurut laporan badan urusan pengungsi PBB.

Presiden Republik Afrika Tengah Faustin-Archange Touadera, yang dilantik pada Maret lalu setelah memenangkan pemilu damai, memperingatkan pada Minggu pekan lalu bahwa negaranya masih berada dalam bahaya karena seluruh daerah dikuasai kelompok bersenjata, demikian seperti dilaporkan AFP. (ab/)




Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016