Jakarta (ANTARA News) - Badan Restorasi Gambut segera memfinalisasi peta indikatif restorasi gambut skala 1:250.000 setelah mendapatkan masukan publik dari peta indikatif yang sudah ada di pemerintah dan pihak lain.

"Sudah tiga minggu kita mendapatkan masukan dari 32 sumber. Ada yang hanya pernyataan, ada yang substansi," kata Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, ada 14 macam kategori tematik yang ditanyakan atau diberikan masukan. Semua masukan segera dibahas tim pemetaan yang telah dibentuk BRG yang beranggotakan Badan Informasi Geospasial (BIG), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), akademisi dan kelompok ahli dari sejumlah perguruan tinggi, Kementerian Pertanian (Kemtan), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN).

Hasil diskusi dengan tim teknis ini, menurut dia, akan dirapatkan BRG bersama KLHK dan Kemtan untuk dijadikan peta rujukan.

"Pertama, kita targetkan paling lambat akhir Juli 2016, (peta) versi definitif sudah ada dan akan digunakan untuk pemetaan detil. Yang kedua, tentu kita juga verifikasi ke lapangan," ujar Nazir.

Ia mengatakan peta indikatif restorasi gambut menggunakan peta Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG), sebaran gambut dari berbagai sumber, tutupan hutan, kebakaran gambut, dan keberadaan kanal. BRG menggunakan peta baik dari KLHK, Kemtan, dan berbagai lembaga lainnya.

Ia menegaskan BRG juga membuka diri kepada para pemilik lahan untuk mengajukan data mereka dan pihaknya akan turun ke lapangan melakukan verifikasi.

Selanjutnya BRG menargetkan menyesaikan peta indikatif restorasi gambut skala 1:50.000 dan 1:2.500 hingga akhir 2016. Peta-peta lebih detil tersebut dibutuhkan untuk kawasan-kawasan empat KHG seluas 840.000 hektare (ha) di empat kabupaten yang menjadi prioritas.

"Kemungkinan kita akan gunakan foto udara dan cek lapangan. Dari sini kami percaya diri dengan peta indikatif, baru dari sini kita bahas lebih lanjut strategi face off," ujar dia.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016