Beograd (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan timpalannya dari Turki Mevlut Cavusoglu bertemu untuk pertama kali pada Kamis (3/12), setelah penembakan jet tempur Rusia oleh Angkatan Udara Turki pada 24 November.

Pertemuan itu berlangsung pada Kamis sore di sisi pertemuan Dewan Menteri Ke-22 Organisasi bagi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE), kata Xinhua. Namun, tak ada pernyataan atau keterangan pers yang diberikan setelah perbincangan yang diselenggarakan secara tertutup itu.

Hubungan diplomatik antara Rusia dan Turki terguncang belakangan ini, setelah jet tempur Rusia Su-24 ditembak jatuh di dekat perbatasan Turki-Suriah oleh pasukan Turki pada 24 November.

Sebagai reaksi atas peristiwa itu, Rusia membekukan semua kontak militer dengan Turki dan memberlakukan sanksi ekonomi.

Menurut Russia Today, Lavrov mengatakan setelah pertemuan tersebut, ia tak mendengar apa-apa yang baru dari timpalannya mengenai posisi Ankara dalam penembakan pesawat Rusia selama satu operasi di dekat perbatasan Turki-Suriah.

"Kami bertemu dengan kepala Kementerian Luar Negeri Turki atas permintaan yang terus-menerus diajukannya. Kami tak mendengar apa pun yang baru. Menteri luar negeri Turki mengkonfirmasi beberapa pendekatan yang secara terbuka disampaikan oleh perdana menteri dan presiden Turki," kata Lavrov, yang dikutip oleh Russia Today.

Sementara itu, Cavusoglu, sebagaimana dikutip, juga mengatakan pembicaraan dengan timpalannya dari Rusia tidak menyelesaikan masalah apa pun dalam hubungan bilateral kedua negara. "Situasi masih tegang," kata Menteri Luar Negeri Turki tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis di Moskow memperingatkan Turki selama pidato tahunannya bahwa Turki akan menyesali penembakan jatuh pesawat militer Rusia yang ia sebut sebagai "kejahatan perang yang berbahaya", dan mengumumkan sanksi lain akan datang.

Putin juga berikrar akan membuat Turki menyesal "lebih dari sekali" akibat tindakan menembak pesawat Rusia pada 24 November. Namun, ia juga menyatakan bahwa tindakan pembalasan Rusia tidak akan membahayakan perdamaian.

Saat membicarakan rencana koalisi internasional besar-besaran untuk menumpas terorisme, Putin juga sempat menyindir Turki dengan mengatakan bahwa semua negara harus menghindari "standar ganda, membangun hubungan dengan organisasi teror, atau memanfaatkan kelompok garis keras demi tujuan sempit".

Tidak lama setelah Putin menyampaikan pernyataannya, Menteri Energi Rusia Alexander Novak menghentikan perundingan dengan Ankara terkait pembangunan pipa gas Turkish Stream untuk menunjukkan kesungguhan Moskow.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015