Jakarta (ANTARA News) - Banjir bandang yang melanda Jakarta awal Februari 2007 merupakan bukti buruknya pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan hidup, kata seorang aktivis lingkungan. "Kebijakan pemerintah yang salah terhadap lingkungan hidup bisa dilihat dari kecenderungan eksploitasi berlebihan terkait dengan SDA di Jakarta, tren penurunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai resapan air berupa hutan, taman kota, dan cagar buah," kata Slamet Daroyni dari Wahana Lingkungan Hidup Jakarta kepada ANTARA News, Rabu petang. Dijelaskannya bahwa data pada tahun 1985 menyebutkan 27 persen kawasan Jakarta merupakan RTH. Namun pada tahun 1985-2005 angka itu menurun jadi 26,01 persen dari keseluruhan luasan kota. "Dalam Rencana Tata Ruang Kota Jakarta periode tahun 2000-2010, diproyeksikan RTH jakarta cuma 13 persen, sementara menurut data Dinas Pertamanan dan Keindahan Kota Jakarta RTH itu kini tinggal sembilan persen saja," kata Slamet. Menurut dia, Walhi kurang percaya data itu karena telah terjadi perubahan fungsi lahan yang signifikan di sana-sini, sehingga Walhi memperkirakan RTH Jakarta sekarang tinggal enam persen. "Sepanjang tahun 1995-2006 justru merupakan masa paling signifikan terjadinya pengurangan RTH di Jakarta, secara otomatis curah hujan yang besar akan menimbulkan banjir yang lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya," tambah Slamet. Sebagai contoh buruknya pengelolaan SDA, Slamet menjelaskan kini telah terjadi pengurangan lebar badan sungai secara signifikan di Sungai Krukut yang membelah kawasan Gatot Subroto. "Pembangunan oleh pengembang itu menguruk Sungai Krukut yang awalnya memiliki lebar 16 meter menjadi hanya empat meter sisanya sekarang," kata dia. Perusahaan pengembang yang menguruk sungai itu artinya resmi mendapat izin dari pemerintah. "Apa alasan pemerintah memberikan izin pembangunan itu? Mengapa mengizinkan sungai diuruk?" tegasnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007