Mekkah (ANTARA News) - Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) meminta ketua-ketua kelompok terbang (kloter) agar mengimbau agar jemaah tidak melontar jumroh Aqabah pada 9 Zulhidjah pukul 08.00--11.00 Waktu Arab Saudi (WAS) karena itu merupakan jam paling ramai orang melontar jumroh.

"Untuk tanggal 11--12 Zulhidjah (besok dan lusa) kami mengimbau jemaah tidak melontar pada pukul 13.00--16.00 WAS," kata Kepala Daerah Kerja (Daker) Mekkah, Arsyad Hidayat.

Musibah jemaah terinjak-injak itu, kata dia, terjadi karena sejumlah jemaah yang akan melontarkan jamrah Aqabah pada sekitar pukul 07.40 WAS tiba-tiba berhenti di Jalan Arab. Hal itu menyebabkan barisan belakang mendorong jemaah ke depan, sehingga jemaah berdesak-desakan.

"Sebagian besar jemaah yang meninggal adalah perempuan dan orang tua," ujar Arsyad.

PPIH, kata dia, terus berkoordinasi dengan petugas dan Difa Madani semacam badan penanggulangan bencana Arab Saudi untuk mendapatkan informasi terkini.

Jumlah korban yang meninggal hingga saat ini, kata dia, mencapai 220 orang dan 450 orang luka-luka. Mereka sebagian besar berasal dari wilayah Arab dan Afrika, seperti Mesir.

"Info terkait peristiwa Mina, dapat menghubungi hotline kami di +966543603154," katanya.

Sampai pukul 12.00 WAS, jumlah jemaah Indonesia yang teridentifikasi meninggal sebanyak satu orang dan kini Menteri Agama bersama pejabat Kementerian Agama sedang ke Rumah Sakit Al-Jisr untuk mengetahui jemaah yang menjadi korban. RS tersebut menjadi rujukan korban meninggal dan cidera dalam musibah Mina.


Korban musibah Mina

PPIH memperkirakan jumlah jemaah dari Indonesia yang menjadi korban musibah jemaah terinjak-injak di Mina tidak banyak, mengingat lokasi kejadian (Jalan Arab 204) bukan jalan yang biasa digunakan jemaah Indonesia untuk melempar jamrah.

Arsyad mengatakan jemaah Indonesia di Mina terbagi dalam 52 Maktab, yang terdiri dari 45 maktab di Harratul Lisan (MIna) dan tujuh maktab di Mina Jadid.

Menurut dia, jemaah yang tinggal di Harratul Lisan, tidak akan mengambil jalur Arab 204, tapi melalui terowongan Muassim ketika akan ke Jamarat, yang jaraknya sekitar satu kilometer.

Jalan yang biasa mereka gunakan adalah Jalan King Fahd. Sedangkan Jalan Arab 204 tempat terjadi musibah terletak di sebelah kiri Jalan King Fahd

"Jadi sangat kecil sekali untuk menjadi korban yang lebih banyak," ujar Arsyad.


Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015