Labuan Bajo, NTT (ANTARA News) - Tim Pasukan Katak Komando Pasukan Khusus (Paska Kopassus) mengamankan sebuah perahu bermuatan bahan peledak yang diduga akan digunakan sebagai bom ikan di Pulau Panjang, Desa Labuan Mapin, Kecamatan Alas Barat, Sumbawa, NTB.

"Bahan-bahan peledak yang diduga akan digunakan sebagai bom ikan diisi di dalam botol-botol bir, seperti bom molotov," ujar anggota tim Paska Kopassus yang memimpin pengejaran tersebut Lettu Inf Franky ketika dihubungi Antara di Labuan Bajo, NTT, Kamis.

Menurut dia, tim Kopassus tidak bisa menangkap pemilik perahu karena tersangka berhasil melarikan diri ke dalam hutan mangrove yang ada di pulau itu.

Franky mengatakan, kejadian tersebut berawal dari kegiatan patroli yang dilakukan pada pukul 05.00 WITA. Dari informasi masyarakat, mereka berhasil menemukan gerak-gerik perahu yang mencurigakan.

Kopassus yang beranggotakan dua personel, dibantu dua orang warga, kemudian melakukan pengejaran. Namun mereka tidak bisa menangkap pelaku karena dia masuk ke hutan mangrove.

"Pelaku diduga satu orang. Mungkin saja dia itu warga sekitar karena sepertinya mengenal daerah tersebut dengan baik," ujarnya.

Adapun perahu dengan bahan-bahan peledak itu sudah diserahkan Kopassus kepada aparat berwajib di Desa Labuan Mapin untuk dilakukan penyelidikan.

Tim Paska Kopassus melakukan patroli di wilayah Bali dan Nusa Tenggara untuk mendukung kegiatan Ekspedisi NKRI Koridor Kepulauan Nusa Tenggara 2015 yang diadakan pada 5 Februari hingga 6 Juni 2015.

Komandan Latihan Tim Pasukan Katak Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Kapten Inf. Sudarno mengatakan pengeboman laut untuk mendapatkan ikan marak terjadi di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Hal tersebut diketahui oleh Sudarno dan timnya setelah melakukan patroli di pulau terluar kawasan Nusa Tenggara untuk mendukung kegiatan Ekspedisi NKRI Koridor Kepulauan Nusa Tenggara selama kurang lebih empat bulan.

"Kami memanggapi keluhan masyarakat atas banyaknya pengeboman ikan. Dan kami menemukan bekas-bekas tindakan tersebut di terumbu karang yang rusak," ujar Sudarno.

Sementara, kegiatan Ekspedisi NKRI Kepulauan Nusa Tenggara, yang meliputi wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tengara Timur, melibatkan 1.227 personel, terdiri dari berbagai elemen bangsa, dari TNI, Polri, para peneliti, mahasiswa (akademisi), pemerintah daerah dan masyarakat.

Ekspedisi dibagi menjadi delapan wilayah yang disebut subkorwil, yaitu Subkorwil-1/Karangasem, Subkorwil-2/Lombok Timur ,Subkorwil- 3/Sumbawa, Subkorwil-4 Bima, Subkorwil-5/Sumba Barat Daya, Subkorwil- 6/Ende, Subkorwil -7/Alor, Subkorwil -8/Belu.

Secara umum, kegiatan ini dilakukan untuk mendata kerusakan hutan, menggali sumber daya mineral, mendata flora dan fauna yang endemik/hampir punah, mendata potensi bencana serta mendalami sosial budaya daerah terpencil dan terisolir.

Pewarta: Michael Teguh Adiputra Siahaan
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015