Jakarta (ANTARA News) - Polisi akhirnya mengumumkan telah menangkap sedikitnya 15 tersangka pelaku teror yang selama ini mengguncang Sulawesi tengah, khususnya Poso dan Palu, menyusul kerja keras selama delapan bulan dari satuan khusus Mabes Polri, Detasemen 88 dan Polda Sulteng. "Dari hasil penyelidikan tim, tersangka palaku teror ini ternyata yang membuat ulah 13 kasus teror selama ini di Sulawesi Tengah, terutama Poso dan Palu," ujar Wakil kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol Anton Bachrul Alam yang duhubungi ANTARA dari Jakarta, Senin. Saat ini Anton, bersama tim kecil dari Mabes Polri tengah berada di Poso, guna mengikuti dari dekat kondisi keamanan di wilayah tersebut, yang kini menurut laporan aparat kepolisian sudah mulai membaik. Meski aktivitas sosial sudah mulai bergulir, seperti dibukanya kembali toko-toko, namun kegiatan aparat kepolisian dan militer yang berjaga-jaga masih terlihat. Ia juga mengungkapkan bahwa ada dua kelompok yang diduga bermain teror di bumi Sulawesi Tengah (Sulteng), yakni Tanah Runtuh dan kelompok Kaya Maya (Kompak). Modus operandi yang digunakan kedua kelompok ini saat mau ditangkap selalu menggerakkan massa, dan kemudian menciptakan kondisi yang mempersalahkan polisi, sekaligus memakai isu agama sebagai tameng sehingga dengan cepat membuat kerusuhan. Dari versi Badan Intelijen Negara (BIN), seperti yang disampaikan Kepala BIN Mayjen (purn) Syamsir Siregar ada dua kelompok yang bukan berasal dari komunitas Kristen ataupun Islam. Kelompok-kelompok kecil itu beraliran radikal dan bersenjata serta ingin tetap melakukan aksi-aksinya di Poso yang meresahkan masyarakat. Anton kemudian mengungkapkan kasus-kasus yang selama ini meneror warga Poso dan Palu, yaitu mulai dari kasus pembunuhan I wayan Sumaryasa, warga Hindu pada tahun 2001 hingga aksi perampokan uang hasil penjualan coklat di desa Tomini pada 2006. Aksi lainnya adalah kasus pembunuhan bendahara GKSP Oreng Tajoya dan Johanes Tajoya, Pembunuhan Kepala Desa Sarnilanis Endele (2004), peledakan pasar Poso (2004), dan ledakan bom di Tentena pada 2004. Selain itu, perampokan uang milik Pemda Poso Rp453 juta, serta kasus mutilasi tiga siswi Poso di Bukit Bambu Poso kota (masing-masing Theresia M, Elvita Talewo dan Yani S). Juga penembakan jaksa Feri di Palu (2004), penembakan pendeta Susianti di Palu (2004), penembakan di Gereja Anugerah Palu (2004), dan pemboman Gereja Emanuel di Palu tahun 2004 serta perampokan toko emas di Pasar Tua (2004). "Dari sini diindetifikasi sebanyak 29 tersangka lagi yang sedang dikejar," ujar Anton. Sebelumnya Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri, Minggu malam (29/10) di Palu, Sulawesi Tengah melakukan pertemuan tertutup dengan para tokoh dari komunitas Islam dan Kristen. Hasil pertemuan ini merupakan peneguhan dari perjanjian Malino I berkaitan dengan perwujudan perdamaian di Kabupaten Poso.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006