hanya bisa dilalui kendaraan dengan tonase di bawah delapan ton, sementara truk tanki BBM memiliki berat jauh di atasnya.
Manado (ANTARA News) - Sales Executive BBM Retail Pertamina Manado, Arief Rachman, mengatakan kapasitas jembatan yang tidak memadai di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) menghambat distribusi bahan bakar minyak (BBM) ke beberapa kabupaten/kota di bagian selatan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

"Jembatan darurat di Matani Minsel yang merupakan penghubung ke beberapa daerah di bagian selatan Sulut hanya bisa dilalui kendaraan dengan tonase di bawah delapan ton, sementara truk tanki BBM memiliki berat jauh di atasnya," kata Arief Rachman, di Manado, Minggu.

Pertamina, kata Arief, telah menyurat ke Balai Pemeliharaan Jalan Nasional (BPJN) dan melaporkan ke Gubernur Sulut. Solusi yang paling cepat, kapasitas jembatan darurat harus di tambah supaya bisa di lewati mobil dengan kapasitas 20--30 ton.

Sementara jalur alternatif lewat Tomohon tidak memungkinkan dilalui karena jembatan darurat pengganti di kawasan longsor besar 15 Januari lalu, hanya bisa dilalui kendaraan bertonase di bawah lima ton.

"Pertamina akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan BBM secara normal," katanya.

Kebutuhan BBM di Sulut setiap hari sekitar 1.000 ton tidak termasuk kepulauan.

Sementara itu Maikel Y, masyarakat Kota Kotamobagu mengatakan sudah tiga hari BBM susah di dapat.

"Untuk mendapatkan BBM harus antri di SPBU selama 10 jam dengan panjang antrian sekitar 5 km," kata Maikel, dan jika dibeli pada pedagang eceran BBM dijual dari harga Rp35.000--Rp50.000 per liter.

Pihaknya berharap, pemerintah dan pertamina agar secepatnya mencari jalan keluar sehingga masyarakat tidak kesulitan mendapatkan BBM.

(K005)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014