antisipasi lonjakan arus barang di Pelabuhan Tanjung Priok yang diperkirakan mencapai 20--30 persen.
Jakarta (ANTARA News) - Organda Angkutan Khusus Pelabuhan (Angsuspel) mengingatkan ancaman kongesti (penumpukan) di Pelabuhan Tanjung Priok menyusul kenaikan arus barang jelang bulan puasa dan Lebaran 2014.

"Hingga saat ini, belum ada kenaikan arus barang di Pelabuhan Tanjung Priok secara signifikan. Akan tetapi, mendekati Ramadan dan Idul Fitri, akan ada lonjakan yang tinggi," kata Ketua Organda Angkutan Khusus Pelabuhan (Angsuspel) Gemilang Tarigan, di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan bahwa antisipasi lonjakan arus barang di Pelabuhan Tanjung Priok yang diperkirakan mencapai 20--30 persen tersebut tidak hanya dilakukan di kawasan pelabuhan, tetapi juga harus dilakukan oleh operator logistik pelabuhan.

Menurut dia kondisi kongesti di pelabuhan dapat diantisipasi dengan memaksimalkan pelabuhan di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok atau yang terdekat, seperti Pelabuhan Marunda, Cikarang Dry Port (CDP), Tanjung Perak, dan Tanjung Emas.

Tarigan mengusulkan shipper dapat mengalihkan sebagian impornya keluar pelabuhan Tanjung Priok sehingga akan membantu mengurangi kongesti di pelabuhan internasional tersebut. Namun, kendala lain adalah untuk mengatasi kongesti bila terjadi di jalan raya akibat lonjakan arus barang secara tiba-tiba tersebut.

"Kondisi kongesti di darat sulit terhindarkan. Kenaikan arus barang yang cenderung terjadi secara tiba-tiba di Pelabuhan Tanjung Priok akan memicu meningkatkan volume kendaraan berlalu lintas sehingga mengancam terjadinya kongesti di jalan raya," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldi Masita mengatakan kepadatan arus barang di Pelabuhan Tanjung Priok setiap menjelang bulan puasa dan Lebaran selalu menjadi ancaman bagi memburuknya performance dwelling time di pelabuhan tersebut.

"Sekarang, apa saja usaha dilakukan untuk menghadapi Lebaran agar kapasitas infrastruktur tetap sama dengan tahun lalu tetapi volumenya akan naik tinggi sampai 20--30 persen. Belum ada langkah konkretnya," ujarnya.

Zaldi mengharapkan para shipper mulai mengalihkan importnya ke CDP (Cikarang Dry Port), Marunda, atau pelabuhan laut, seperti Tanjung Perak dan Tanjung Emas, agar tidak mengalami dwelling time hingga dua minggu di Pelabuhan Tanjung Priok.

Menurut dia, jika dwelling time di Priok terus memburuk, citra sistem logistik di Indonesia akan memburuk di dunia internasional. "Sudah saatnya, impor maupun ekspor melalui Tanjung Priok dialihkan melalui pelabuhan lain agar kegiatan ini tidak menumpuk di satu pelabuhan," katanya.

(Z003)

Pewarta: Zita Meirina
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014