Ini satu pemerintahan tidak sah, satu perdana menteri tidak sah, satu kabinet tidak sah. Kami tidak mengenal siapapun di dalamnya. Bahkan kami tidak mengenal otoritas mereka sebagai wakil pemerintah."
Kairo (ANTARA News) - Pemerintahan pertama Mesir sejak militer menggulingkan Presiden Mohammad Moursi hampir dua pekan lalu diambil sumpahnya secara resmi pada Selasa, televisi negara melaporkan.

Kabinet beranggota 35 orang, termasuk penjabat Perdana Menteri Hazem al-Beblawi, diambil sumpah sendiri di hadapan Presiden Sementara Adly Mansour yang dipilih militer, lapor Reuters dan AFP.

Kepala Angkatan Bersenjata Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, yang berada di balik kudeta melengserkan Moursi 3 Juli dipilih sebagai deputi pertama perdana menteri dan menteri pertahanan.

Seorang mantan duta besar untuk Washington, Nabil Fahmy, diambil sumpah menjadi menteri luar negeri, sementara Mohammad Ibrahim, yang menjadi menteri dalam negeri dalam pemerintahan Moursi tetap berada di posnya.

Dalam kabinet itu ada tiga wanita menteri termasuk menteri Kesehatan Maha El-Rabat. Salah seorang di antaranya pemeluk Kristen Koptik.

Ikhwanul Muslimin mengecam kabinet yang baru diambil sumpah itu "tidak sah".

"Ini satu pemerintahan tidak sah, satu perdana menteri tidak sah, satu kabinet tidak sah. Kami tidak mengenal siapapun di dalamnya. Bahkan kami tidak mengenal otoritas mereka sebagai wakil pemerintah," kata juru bicara Gehad El-Haddad kepada kantor berita Inggris Reuters.

Pengambilan sumpah kabinet baru itu berlangsung setelah tujuh orang tewas dan lebih dari 260 orang cedera dalam bentrokan antara pendukung Moursi yang berasal dari Ikhwanul Muslimin dan aparat keamanan di Bundaran Ramses, pusat kota Kairo pada Senin malam.

Kementerian Kesehatan dalam laporan resminya pada Selasa mengatakan delapan aparat keamanan termasuk dua perwira polisi juga cedera terkena batu dan bom molotov.

Ini merupakan bentrokan terburuk sejak pembantaian tentara terhadap pendukung Moursi di Garda Republik yang menewaskan 51 orang pada awal pekan lalu.

Disebutkan, para korban dievakuasi ke sejumlah rumah sakit sekitar dan pengobatan darurat di lapangan.

Tidak dijelaskan mengenai penyebab luka yang diderita korban, namun beberapa sumber medis mengatakan para korban di antaranya terkena peluru tajam.

Saksi mata mengatakan bentrokan itu terjadi usai shalat taraweh di Masjid Al Fatah, Bundaran Ramses, ketika polisi menembakkan gas air mata, dan dibalas dengan pelemparan batu oleh pengunjuk rasa.

Pendukung Moursi sempat menghalangi jalan dan Jembatan 6 Oktober di dekat Ramses.

Ikhwanul Muslimin melancarkan demo akbar pada Senin di sejumlah bundaran di kota Kairo untuk menuntut pengembalian keabsahan Presiden Moursi.

Pendukung Moursi tetap bertekad untuk terus menduduki Bundaran Rabiah Adawiyah, Kairo timur, Bundaran Al Nahdhah di depan kampus Cairo University, Giza, Kairo barat.

Pada Senin malam usai shalat, dari Bundaran Rabiah pendukung Moursi terbagi dalam tiga barisan, yaitu masing-masing bergelombang ke Istana Presiden Al Ettihadiyah, Ramses lewat Jembatan 6 Oktober, dan Garda Republik, tempat Moursi diduga ditahan.

Pada Senin, pengunjuk rasa anti-Moursi juga melakukan unjuk rasa di Bundaran Tahrir.

Sejak Moursi dilengserkan dua pekan lalu, oposisi telah beberapa kali menyerukan demo besar namun disambut dingin.

Oposisi merencanakan akan kembali menggelar demo besar pada Jumat (19/7) untuk mendukung peta jalan yang digariskan Angkatan Bersenjata.


Penerjemah: Mohamad Anthoni

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013