Forlan bertanggungjawab penuh atas tajam tidaknya gempuran Uruguay. Uruguay wajib bertempur habis-habisan di lini tengah untuk memenangi laga melawan Brazil
Belo Horizonte (ANTARA News) - Putaran buana sepak bola gunjang-ganjing berlumur drama sengketa dua seteru lawas menggenapi kredo ziarah hidup bahwa "konflik adalah helaan napas dunia bergejolak". Kali ini tidak ada dongeng penghantar tidur, Putri Cinderella berhati baik berbudi luhur.

Brazil bersua dengan Uruguay dalam semifinal Piala Konfederasi 2013 di Stadion Mineirao, Belo Horizonte, yang dihelat pada Kamis dini hari WIB. Bersama Argentina, kedua negara berkongsi menggenapi penggal sejarah kisah klasik kampiun sepak bola Amerika Latin.

Kali ini, tidak ada kata tim "underdog". Kedua negara sama-sama berkacak pinggang seraya berkata, ingin berdamai, bersiaplah bertempur", sebagaimana ungkapan Latin klasik, Si vis pacem para bellum (jika engkau menghendaki kedamaian, maka siapkanlah perang).

Duel Brazil dan Uruguay, duel antara dua raksasa sepak bola Amerika Latin, yang tidak sebatas mencemaskan, mengguncang bahkan menggetarkan sanubari, melainkan menghibur dunia agar tetap segar bersukacita.

Laga Brazil dan Uruguay, menghadirkan sepak bola bertenaga sarat dinamika, baku pukul serangan, baku hantam pertahanan. Di lapangan, kedua tim dari masing-masing tim bisa-bisa saling kirim pesan bernada perang urat syaraf.

Perseteruan Brazil dan Uruguay, sama-sama memunculkan aksi provokasi, bahkan aksi tipu muslihat karena kedua tim berburu kemenangan agar dapat melaju ke final Piala Konfederasi 2013.

Baik Brazil maupun Uruguay, juga Argentina menorehkan catatan sejarah laga berdarah-darah. Kali ini, di stadion Mineirao, pecinta bola sedunia menaruh asa bahwa kedua tim bakal menegakkan sportivitas olah raga.

Di kubu Uruguay, pelatih Oscar Tabarez siap menurunkan Diego Forlan. Pemain ini menjadi roh bagi penampilan La Celeste di berbagai pertandingan.

Tabarez seperti biasanya akan mengandalkan formasi 4-3-3 dengan memasang tiga serangkai "pencabut nyawa lawan ", yakni Diego Forlan, Luis Suarez, dan Edinson Cavani. Forlan bertanggungjawab penuh atas tajam tidaknya gempuran Uruguay.

Tidak bisa tidak, Uruguay wajib bertempur habis-habisan di lini tengah untuk memenangi laga melawan Brazil.

Pemain bertahan Selecao, Thiago Silva dan David Luiz bakal bekerja ekstra keras menghalau ancaman tiga serangkai Uruguay yang nota bene punya kecepatan dan kekuatan. Gempuran skuad Celeste terhadang oleh kecekatan penjaga gawang Julio Cesar, yang sarat pengalaman bertanding.

Cesar tidak sendiri. Ia dibentengi oleh Thiago Silva dan David Luiz untuk menghentikan laju Cavani dan Suarez dalam duel satu lawan satu.

Di bawah mistar gawang, Uruguay menurunkan Muslera. Pemain ini tidak jarang membuat kejutan di sebuah turnamen. Penampilannya gemilang -dalam laga di Afrika Selatan- kerap menangguk puja-puji. Ia membuat berbagai aksi penyelematan ketika Uruguay menghadapi Spanyol dan Nigeria.

Lini pertahanan Uruguay juga tidak luput dari ancaman serangan bertubi-tubi Brazil. Poros serangan Brazil ada di lini kedua, dengan mengandalkan tiga serangkai, Neymar, Oscar, Hulk. Scolari kemungkinan besar tetap menurunkan trisula ini di belakang Fred sebagai penyerang tunggal.  

Sebagai tuan rumah, Brazil bertekad memberi dan menggenapi fatwa bahwa jogo bonito (permainan indah) wajib membuahkan gol. Buat apa tampil indah, bila tidak mencetak gol. Ini kredo yang dianut oleh Luiz Felipe Scolari.

"Big Phil" bakal terus menambah amunisi di lini gelandang dalam menghadapi Uruguay. Sesudah absen melawan Italia, Paulinho bersiap turun bermain. Ia mencatatkan diri sebagai salah satu pemain yang melumasi mesin serangan Brazil.

Penampilan para pemain bintang Brazil kali ini tidak seganas masa Ronaldinho. Neymar memang menjadi pencetak gol terbanyak bagi Brazil. Hanya saja, Uruguay lebih terkonsentrasi kepada sosok Fred. Sesudah menjaringkan dua gol ke gawang Italia, striker Fluminense ini siap melahap bahkan tengah menjalani fase lapar gol.

Brazil juga punya Oscar. Penampilan gelandang Chelsea ini belum menunjukkan grafik peningkatan, terbukti ketika melawan Italia. Mungkin ia diserang kelelahan, setelah melakoni 60 pertandingan di Liga Inggris (Premier League) musim ini.

Uruguay memang berharap kepada tuah sejarah. Pada 1950,  Uruguay mengaramkan Brazil dengan 2-1. Uruguay keluar sebagai juara dunia.

Apakah kenangan 1950 yang lebih dikenal sebagai "Maracanazo" itu sekedar mengulang-ulang anggapan orang Yunani klasik mengenai waktu. Bagi mereka, orang hendaknya tidak menyerah kepada ilusi hanya memperoleh penghiburan. Nah, apakah kenangan Maracanazo sekedar ilusi untuk memperoleh sekedar penghiburan?

Duel antar pemain:

Luiz Gustavo vs. Diego Forlan

Sebagai pemain Bayern Muenchen, Luiz Gustavo menunjukkan penampilan prima ketika melakoni laga berskala besar. Penampilan apik Javi Martinez tidak lepas dari peran pemain Brazil ini. Ia juga mampu menjalin kerjasama komplet bersama Bastian Schweinsteiger. Lini tengah Muenchen begitu hidup.

Selama turnamen ini, Brazil punya gelandang bertahan berkelas dunia. Ini bersepadan dengan formasi Scolari yang kerap memakai 4-2-3-1.

Gustavo cepat membaca ancaman musuh, trengginas menutup pergerakan lawan, kuat dalam tekenl dan efisien melepas umpan. Pemain ini berhadapan dengan Forlan.

Forlan yang menyabet penghargaan Golden Ball di Piala Dunia 2010, menjaga kelenturan serangan Uruguay. Kreativitas dan pergerakan pemain ini bakal menyulitkan pertahanan Brazil. Ini seandainya Tabarez menurunkan Suarez dan Cavani.

Forlan membuka peluang bagi Uruguay untuk menjebol gawang Brazil. Dan Gustavo didaulat mengawal pergerakan Forlan. Boleh jadi, hasil dari pertandingan ini banyak ditentukan oleh duel antara keduanya.

Fred vs. Diego Lugano

Penampilan striker Fluminense ini banyak mengundang pertanyaan ketika Brazil melawan Meksiko dan Jepang. Kesangsian itu pupus, karena Fred mampu menjaringkan dua  gol ke gawang Italia.

Pemain berusia 29 tahun ini unggul dalam penyelesaian akhir. Ia telah mencetak 13 gol dalam 27 laga internasional. Fred sungguh membahayakan bila berada di kotak penalti lawan, karena ia punya kecepatan. Kekuatan dan pengambilan posisi yang tepat di area penalti lawan, bakal ditunjukkan Fred.

Untuk menghentikan ancaman Fred, Uruguay memasang Diego Lugano. Pemain berusia 32 tahun ini telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari lini pertahanan La Celeste. Ia membawa Uruguay menempati peringkat keempat dalam ajang Piala Dunia 2010 dan sukses di Copa America.

Lugano berpenampilan kokoh, kerapkali unggul dalam duel-duel udara. Menghadapi Fred, Lugano perlu membukti diri sebagai salahs seorang pilar di lini pertahanan Uruguay.

Neymar vs. Maxi Pereira

Tiga gol berkelas yang dilesakkan Neymar membungkam kritik yang dialamatkan kepada skuad asuhan Scolari ini. Pemain anyar Barcelona dengan banderol 57 juta euro ini bakal bersinar di planet sepak bola Eropa musim depan.

Ia terhadang oleh penampilan pemain yang kini membela Benfica, Maxi Pereira. Pemain berusia 29 tahun ini menerima kepercayaan penuh dari Tabarez. Ketangguhan dan ketahanan fisiknya memadai ditambah sikap pantang menyerah.

Di hadapan publik sendiri, Neymar menuai selaksa pujian. Pereira bakal menjadi batu ujian tersendiri bagi Neymar.

David Luiz vs. Luis Suarez

Dua pemain yang berlaga di Liga Inggris ini sama-sama mengukuhkan diri sebagai dua pemain bertalenta. Keduanya berperan bagi masing-masing timnya, keduanya juga tidak jarang mencetuskan masalah disiplin bagi timnya. Keduanya bakal terlibat dalam kontak fisik.

Luiz tampil brilyan menghalau laju serangan Italia. Pemain Brazil ini punya kemampuan dribel. Pemain belakang Chelsea ini terus menunjukkan ketenangan dan kedewasaan. Suarez sedapat mungkin memanfaatkan kelengahan Luiz.

Komentar pemain dan pelatih:

Penjaga gawang Brazil, Julio Cesar:

"Laga antara Brazil melawan Uruguay layaknya sebuah derbi. Banyak orang mengatakan pertandingan ini berlangsung sengit dibandingkan laga Brazil kontra Argentina."

"Mereka (Uruguay) tampil percaya diri setelah memenangi Copa America. Brazil tampil kian baik di beberapa pertandingan. Mereka tentu akan melakukan berbagi perubahan ketika menghadapi kami."

Pelatih Uruguay, Oscar Tabarez:

"Pertandingan bakal berlangsung alot. Brazil tim yang diunggulkan karena bermain di kandang sendiri. Menarik dan menggairahkan manakala menghadapi mereka."

"Sungguh merupakan kehormatan bagi seseorang bila dapat menghantar negaranya merebut gelar Piala Dunia. Kita lihat saja apa yang akan terjadi nanti."  
 
Prakiraan susunan pemain:

Brazil (4-2-3-1):
Cesar (penjaga gawang), Marcelo, Luiz, Thiago, Alves, Gustavo, Hernanes, Neymar, Oscar, Hulk, Fred
Pemain cadangan:
Jefferson, Dante, Bernard, Luis, Jo, Fernando, Lucas

Uruguay (3-4-1-2):
Muslera (penjaga gawang), Godin, Lugano, Caceres, Fereira, Arevalo, Goncalez, Rodriguez, Forlan, Suarez, Cavani.
Pemain cadangan:
Castillo, Gargano, Pereira, Ramirez, Silva, Hernandez, Coates
 
Prediksi tiga besar:

* Brazil 3-1 Uruguay (23,29 persen)
* Brazil 2-1 Uruguay (16,21 persen)
* Brazil 1-2 Uruguay (  8,79 persen)

Head to Head

Kualifikasi Piala Dunia - Conmebol (WCQ)  6 Juni 6, 2009   Uruguay 0 - Brazil 4     
Kualifikasi Piala Dunia - Conmebol (WCQ)   21 Nov, 2007     Brazil 2 - Uruguay 1     

Copa America (CA)     10 Juli 2007   Uruguay 6 - Brazil 7     

Lima laga terakhir
 
Brazil
22 Juni 2013    Italia 2 - Brazil 4    FCC
  9 Juni 2013    Brazil 2 - Meksiko 0    FCC
15 Juni 2013    Brazil 3 - Jepang 0    FCC
  9 Juni 2013    Brazil 3 - Prancis 0    FR
  2 Juni 2013    Brazil 2 - Inggris 2    FR

Uruguay
23 Juni 2013    Uruguay 8 - Tahiti 0    FCC
20 Juni 2013    Nigeria 1 - Uruguay 2    FCC
16 Juni 2013    Spanyol 2 - Uruguay 1    FCC
12 Juni 2013    Venezuela 0 - Uruguay 1    WCQ
  5 Juni 2013    Uruguay 1 - Prancis 0    FR
 
Pemain andalan kedua tim:

Neymar
Posisi: Striker
Nomor punggung:     10
 
Pemain rekrutan anyar Barcelona ini punya segudang talenta sebagai pemain brilyan, utamanya dalam skil perorangan untuk menunjang ketajaman lini depan Brazil.

Neymar diharapkan terus bersinar di planet bola dunia. Uruguay perlu ekstra hati-hati dan ekstra cermat merespons pergerakan Neymar.  
 
Luis Suárez
Posisi: Striker
Nomor punggung:  9

Striker berusia 26 tahun ini telah menulis sejarah di buku Liverpool sebagai pemain andalan. Bersama Edinson Cavani, tentu Suarez menjadi momok bagi pertahanan Brazil. Pergerakan Suarez bukan tidak mungkin merepotkan pemain belakang Selecao.

Narasi Prediksi:

Uruguay siap membidik pertahanan Brazil dengan mengerahkan trio Suarez, Forlan dan Cavani. Permainan trio Uruguay ini demikian taktis dan bertenaga. Para pemain Uruguay memiliki karakteristik sebagai petarung.

Brazil tetap mengedepankan pola serangan bervariasi bermodal Jogo Bonito, meski kenangan tahun 1950 masih dapat menghantui mereka.

Menjadi catatan tersendiri, bahwa sepanjang kualifikasi grup, Brazil tidak pernah kemasukan gol. Pekerjaan Rumah besar bagi Uruguay untuk menghentikan Neymar.

Pertandingan bakal berlangsung agresif, masing-masing tim bakal jual beli serangan. Brazil dengan para pemain mudanya mengandalkan kecepatan, kebugaran dan efektivitas permainan.

Uruguay mengandalkan sejumlah pemain berpengalaman dengan menurunkan pemain-pemain veteran. Kedua tim tidak dikenal sebagai tim yang kokoh bertahan. Uruguay menunjukkan konsistensi dalam pertahanan dibandingkan dengan Brazil. Sementara, Brazil dianugerahi sejumlah striker mumpuni yang siap meneror pertahanan Uruguay.

 
Prediksi editor Antaranews.com:
Brazil 2
Uruguay 1

Pewarta: AA Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013