"Polisi itu adalah mitra masyarakat, bagaimana kita bisa mengetahui kalau tidak terjun langsung ke daerah-daerah (Polsek) terdepan melihat kondisi masyarakat yang kita layani dan ayomi," ujar Sutanto.
Banda Aceh (ANTARA News) - Kepala Polisi Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Sutanto dan sejumlah perwira tinggi Mabes Polri, ikut menyaksikan pemusnahan dengan cara membakar sedikitnya 24.900 batang pohon ganja yang dipusatkan di halaman depan Masjid Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, Sabtu. Pohon ganja yang dimusnahkan bersama ribuan botol minuman keras itu merupakan barang bukti hasil operasi penegakan hukum aparat kepolisian selama sebulan terakhir di jajaran Polres Aceh Besar, Sabang dan Poltabes Banda Aceh. Selain itu, Kapolri juga menyaksikan berbagai atraksi rakyat yang digelar sebagai rangkaian upacara HUT ke-60 Polri, antara lain lari karung, permainan debus tradisional masyarakat daerah Serambi Mekah serta panjat pinang dengan sejumlah hadiah menarik. Kapolri Jenderal Polisi Sutanto mengatakan HUT ke-60 Bhayangkara 2006 itu dipusatkan di seluruh Mapolsek di Indonesia dan ini merupakan pertama kali dilakukan dengan dihadiri para pejabat tinggi kepolisian Markas Besar (Mabes) Polri. "HUT ke-60 Bhayangkara 2006, memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena upacaranya dipusatkan di Mapolsek. Kalau sebelumnya, para personil polisi menghadiri upacara hari jadi institusi Polri di masing-masing markas besar," katanya. Ia menjelaskan tujuan yang ingin diperoleh dari perayaan HUT di Polsek-Polsek sejak dari ujung paling barat (Aceh) hingga timur (Papua) Indonesia itu adalah untuk mendekatkan jajaran kepolisian kepada masyarakat. "Para pejabat tinggi kepolisian juga bisa melihat langsung bagaimana kondisi Polsek-Polsek di Indonesia, termasuk di daerah terpencil sekalipun. Di Pulau Kalimantan, para petinggi Mabes Polri ada yang naik perahu untuk menjangkau Polsek terpencil yang selama ini mungkin tidak diketahui kondisinya," kata Kapolri. Padahal, tambahnya, Polsek itu adalah ujung terdepan pelayanan satuan polisi kepada masyarakat. "Polisi itu adalah mitra masyarakat, bagaimana kita bisa mengetahui kalau tidak terjun langsung ke daerah-daerah (Polsek) terdepan melihat kondisi masyarakat yang kita layani dan ayomi," ujar Sutanto. Dia mengharapkan, aparat kepolisian sebagai pelayan, pengayom dan pelindung masyarakat harus benar-benar memberikan pelayanan dan contoh yang baik kepada penduduk, sehingga kehadiran polisi itu betul-betul dapat dirasakan manfaatnya oleh warga. Institusi kepolisian saat ini sedang mengembangkan strategi pre-emtif secara dini, sehingga diharapkan setiap kerawanan bisa dicegah sebelum menjadi gangguan keamanan yang lebih besar dan dapat meresahkan masyarakat, kata Kapolri. Dipihak lain, Sutanto mengimbau penduduk di provinsi berjuluk Serambi Mekah itu untuk menjaga keamanan dan mewujudkan rasa kesatuan sebagai bangsa Indonesi, sehingga Aceh akan terbangun dengan baik pasca berakhirnya konflik bersenjata.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006