Jakarta (ANTARA News) - Kalau film "Gangster Squad" hanya boleh dideskripsikan dengan tiga kata, maka jawabnya jelas "cantik namun brutal".

Sekitar 70 persen adegan film teranyar sutradara Ruben Fleischer yang berdurasi 113 menit itu adalah baku tembak --sisanya baku hantam tangan kosong-- berlatar belakang hingar bingar Los Angeles.

Namun setiap menit film tersebut meneriakkan ciri khas Hollywood yang gemar membingkai banyak adegan kekerasan dengan kerangka gambar cantik dan indah.

Kisahnya bergaya klasik Amerika, menjual perjuangan para pahlawan tangguh dalam suatu pertempuran baik dan buruk penuh darah dan peluru demi seorang "putri" cantik, yang tentunya tidak menghitung jumlah korban tak berdosa.

Dibangun dengan latar belakang Los Angeles pada penghujung 1940an, "Gangster Squad" adalah jenis film dengan naskah "ringan" yang memuja kejayaan para gangster di era itu.

Bagi orang yang tidak keberatan dengan adegan kekerasan berlebihan, "Gangster Squad" merupakan film yang dibuat dengan detil baik dan gambar cantik serta punya karakter pendukung lengkap.

Mulai dari kepala polisi sok misterius Bill Parker yang diperankan aktor gaek Nick Nolte, gembong mafia brutal Mickey Cohen yang dibawakan dengan serius oleh Sean Penn hingga sersan polisi jujur veteran perang John O`Mara yang diperankan oleh Josh Brolin.

Tak ketinggalan polisi flamboyan Jerry Wooters yang diperankan oleh bintang muda Hollywood yang tengah naik daun, Ryan Gosling, dan si cantik pacar Cohen yang main api dengan Wooters, Grace Faraday (Emma Stone).

Pasangan Gosling dan Stone mencoba mengulang kisah cinta mereka dalam film "Crazy, Stupid, Love" dalam film ini.

"Gangster Squad" dibuka dengan sejumlah adegan kekerasan yang dilakukan Cohen untuk menancapkan pengaruhnya di Los Angeles dengan cara menyingkirkan semua pesaing.

Adegan kemudian berpindah ke sosok John O`Mara, sersan polisi bagian pembunuhan di LAPD yang dengan cara tak kalah brutal menggulung bisnis prostitusi Cohen.

Namun karena pengaruh Cohen sudah mengakar dan hampir semua pejabat telah dia "beli," anak buah Cohen dapat bebas dalam hitungan menit dan mengolok-olok O`Mara.

O`Mara yang tak puas kemudian memperoleh tawaran dari Parker untuk menciptakan sebuah tim rahasia yang "dizinkan" tidak mengikuti prosedur penegak hukum guna menggelar perang melawan Cohen.

Dengan bantuan sang istri Connie (Mireille Enos), O`Mara pun memilih satu persatu anggota timnya.

Pilihan istrinya jatuh pada sosok-sosok di kepolisian yang bermasalah dengan penggunaan kekerasan berlebihan, mulai dari cowboy penembak jitu Robert Patrick hingga polisi kulit hitam Anthony Mackie.

Connie beralasan, tak ada gunanya memilih polisi muda yang cerdas dengan karir cemerlang karena orang-orang seperti merekalah yang pertama "dibeli" Cohen.

Tim beranggotakan enam polisi yang menyebut dirinya sebagai "Gangster Squad" itu kemudian menyerang semua bisnis Cohen setelah menyadap rumah gembong mafia tersebut, mulai dari merampok kasino ilegal hingga merusak toko catnya.

Setiap adegan penuh darah dan peluru itu ditampilkan dalam warna-warna cantik oleh direktur fotografi Dion Beebe, yang pernah meraih Oscar melalui karyanya dalam film "Memoirs of a Geisha".

Fleischer tampaknya berusaha keras untuk menekan kesan kekerasan berlebihan dalam filmnya dengan memasukkan banyak adegan komedi, yang merupakan ciri khasnya, dan gambar-gambar cantik bergaya setengah kartun.

Termasuk adu tinju satu lawan satu Cohen dan O`Mara yang mengakhiri karir gemilang Cohen dalam dunia hitam.


Obral peluru

"Gangster Squad" juga menampilkan adegan obral peluru di jalanan penuh rakyat sipil khas Hollywood.

Beberapa adegan menggambarkan tim Gangster Squad menyerang anak buah Cohen di tempat publik seperti restauran, jalanan, klub malam dan kawasan Pecinan yang mau tak mau membuat orang berpikir ulang tentang niat baik para polisi itu.

Apalagi ketika kamera juga menangkap wajah-wajah korban sipil yang berjatuhan, termasuk seorang bocah penyemir sepatu, yang membuat Wooters naik pitam.

Dalam film produksi Warner Bros itu mereka memang hanya para figuran.

Namun kabar yang menyebutkan bahwa film itu diinspirasi oleh kisah nyata yang ditulis oleh wartawan LA Times, Paul Lieberman, tentunya sedikit mengganggu. Dalam artikelnya Lieberman menyebut para penegak hukum kadang sama brutal dengan penjahat yang mereka perangi.

Film yang semula dijadwalkan diluncurkan 7 September 2012 itu terpaksa ditunda peluncurannya hingga 11 Januari 2013 karena ada penembakan brutal di sebuah bioskop di Aurora, Amerika Serikat, yang kejadiannya mirip dengan adegan dalam film.

Para kru film katanya terpaksa mengubah adegan tersebut dengan adegan di kawasan Pecinan, saat Cohen menjebak O`Mara dan anak buahnya.

Sekalipun menggunakan latar belakang yang berbeda namun adegan yang ditayangkan tidak jauh berbeda karena baku tembak di kawasan Pecinan adalah salah satu adegan paling berdarah dalam film itu.

Banyak pihak yang mencoba membandingkan "Gangster Squad" dengan film bergenre neo-noir peraih Oscar karya sutradara Curtin Hanson, "LA Confidential" dan kemudian mengritik habis-habisan "Gangster Squad."

Di atas kertas "LA Confidential" dan "Gangster Squad" sama-sama didukung oleh bintang papan atas Hollywood.

Kalau di "LA Confidential" ada Russel Crowe, Kim Basinger dan Kevin Spacey, "Gangster Squad" memiliki Nick Nolte, Sean Penn, Josh Brolin dan Ryan Gosling.

Namun "Gangster Squad" bukan jenis film dengan naskah dan penokohan yang kuat.

"Gangster Squad" adalah film ringan yang cukup menghibur bagi penonton yang berhasil melepaskan diri dari kengerian semua adegan kekerasan di dalamnya.

(G003)





Oleh GNC Aryani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013