Lumajang (ANTARA) - Masih belum hilang duka warga di lereng Gunung Semeru saat awan panas guguran (APG) menerjang beberapa desa di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada 4 Desember 2021, yang menyebabkan puluhan korban meninggal dunia dan luka-luka.

Kehilangan anak, orang tua, saudara, keluarga, dan kerabat menjadi luka pilu warga lereng Gunung Semeru pada akhir tahun 2021. Mereka mencoba membuka lembaran baru untuk semangat hidup dengan menempati relokasi yang disediakan pemerintah.

Kini ribuan penyintas bencana Gunung Semeru itu sudah menempati hunian sementara dan hunian tetap di kawasan relokasi Bumi Semeru Damai yang dipastikan menjadi zona aman dari erupsi gunung dengan tinggi 3.676 meter di permukaan laut tersebut.

Kebahagiaan mereka kembali terusik saat Gunung Semeru kembali erupsi disertai luncuran awan panas guguran sejauh 13 kilometer ke arah Besuk Kobokan pada 4 Desember 2022, yang kembali mengingatkan memori pada 4 Desember 2021.

Tepat setahun lalu, para penyintas itu masih memendam duka dan trauma atas bencana erupsi gunung yang mengharuskan mereka kehilangan keluarga tercintanya.

Memori itu kini terulang saat bencana awan panas guguran menerjang kembali rumah mereka yang sudah ditinggalkan setahun lalu, namun mereka tetap berusaha untuk bangkit dari bayang-bayang duka erupsi.

Dengan berbekal pengalaman setahun yang lalu, Senema, warga Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang, segera melakukan evakuasi secara mandiri untuk mengungsi ke tempat yang aman agar tidak terdampak luncuran awan panas guguran.

Begitu mendengar suara gemuruh pada pagi hari, Senema dan beberapa warga di dusun setempat langsung berkemas meninggalkan rumah tanpa membawa apapun, karena khawatir terdampak awan panas guguran gunung tertinggi di Pulau Jawa itu.

Ia mengaku masih trauma karena baru setahun lalu terjadi erupsi Semeru yang disertai awan panas guguran.

Ibu paruh baya itu mengaku masih tinggal di Dusun Kajar Kuning, yang merupakan zona merah erupsi Semeru, karena belum mendapat hunian sementara di Bumi Semeru Damai, namun kini ia sudah mendapatkan hunian sementara di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, untuk hidup lebih tenang dan aman.

Meskipun demikian, kepanikan juga terjadi di kawasan relokasi Bumi Semeru Damai, sehingga para penyintas bencana Semeru yang sudah mendapatkan hunian tetap dan hunian sementara itu beramai-ramai mengungsi ke beberapa lokasi aman dari dampak awan panas guguran.

Padahal lokasi tersebut merupakan zona hijau atau zona aman dari bencana erupsi Gunung Semeru, sehingga dipilih oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk menempatkan para penyintas bencana yang rumahnya berada di kawasan zona merah tersebut.

Kepanikan para penyintas yang berada di Bumi Semeru Damai bukan tanpa sebab karena ada pihak yang tidak bertanggung jawab sengaja menyebarkan informasi hoaks bahwa kawasan relokasi tidak aman dari potensi erupsi dan awan panas guguran Gunung Semeru.

Bupati dan Wabup Lumajang turun langsung untuk menenangkan para pengungsi yang masih trauma dengan peristiwa erupsi Semeru setahun yang lalu, sembari menangkal informasi hoaks dengan memberikan informasi yang benar untuk meyakinkan para penyintas bencana itu.


Tanggap darurat

Pemerintah Kabupaten Lumajang merespons cepat terjadinya erupsi yang disertai awan panas guguran dengan mengevakuasi semua warga yang berada di zona merah bencana erupsi.

Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati bergerak cepat untuk meminta semua warga di zona merah, seperti Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, dan Dusun Kajar Kuning di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, untuk melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman.

Pusdalops BPBD Kabupaten Lumajang mencatat masyarakat Desa Supiturang mengungsi di beberapa titik, yakni SD Supiturang 04, SMP 2 Pronojiwo, Balai Desa Oro-oro ombo, dan Masjid Supiturang.

Sedangkan warga di Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, sebagian mengungsi ke Pos Pantau Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur.

Ribuan warga mengungsi karena sebagian masih trauma dengan erupsi setahun lalu, sehingga Pemkab Lumajang bergerak cepat menyiapkan logistik dan kebutuhan masyarakat yang mengungsi setelah terjadinya APG Gunung Semeru.

Awan panas guguran juga menybabkan warga Dusun Sumberlangsep di Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, terisolir karena satu-satunya akses jembatan limpas tidak bisa dilewati akibat terdampak lahar dingin.

Berbagai langkah dan upaya untuk bergerak cepat menangani bencana erupsi dilakukan, sehingga tidak ada korban jiwa dalam bencana erupsi yang terjadi pada 4 Desember 2022.

Bupati Lumajang Thoriqul Haq juga menetapkan masa tanggap darurat bencana erupsi Gunung Semeru selama 14 hari terhitung mulai tanggal 4 Desember 2022 sampai dengan 17 Desember 2022, dengan mengeluarkan SK Bupati Lumajang Nomor : 188.45/633/427.12/2022 tentang Status Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Semeru.

Hal tersebut seiring dengan peningkatan status Gunung Semeru yang naik dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas) sejak 4 Desember 2022 pada pukul 12.00 WIB yang ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) karena aktivitas gunung api itu menunjukkan peningkatan.

PVMBG pun memberikan rekomendasi terkait dengan status Awas Gunung Semeru, yakni masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 17 km dari puncak (pusat erupsi).

Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 19 km dari puncak.

"Kami juga mengimbau masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 8 km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar)," katanya.

Masyarakat juga diminta mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

Bupati yang biasa dipanggil Cak Thoriq itu memastikan semua kebutuhan pengungsi di beberapa posko pengungsian akan tercukupi dan meminta masyarakat untuk selalu mematuhi rekomendasi seiring dengan peningkatan status Gunung Semeru menjadi Awas.

Semua pihak bersama-sama melakukan penanganan bencana erupsi Gunung Semeru, bahkan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa turun langsung ke lokasi terdampak awan panas guguran dan mengunjungi para pengungsi yang berada di posko pengungsian.

Khofifah meminta seluruh elemen untuk bergerak bersama saling membantu dan bergotong royong karena masing-masing memiliki tugas untuk menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat di lereng Gunung Semeru.

Pemprov Jatim juga menyatakan siap memenuhi kebutuhan logistik para pengungsi dan menerjunkan tim kesehatan, terutama pengungsi yang berada di Kecamatan Pronojiwo karena Pemkab Lumajang terkendala akses yang terputus akibat dampak awan panas guguran Semeru.

Mantan Menteri Sosial itu juga terus memastikan kepada pemerintah daerah agar kebutuhan logistik dan layanan kesehatan, terutama kepada para pengungsi agar tercukupi dengan baik.

Tidak hanya itu, Pemerintah Kabupaten Malang juga ikut membantu penanganan terhadap pengungsi di Kecamatan Pronojiwo dengan menyiagakan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan makan para pengungsi.

Bahu membahu dan saling sinergi untuk penanganan bencana sangat dibutuhkan masyarakat untuk keselamatan dan keamanan para penyintas bencana Semeru, sehingga mereka bisa kembali bangkit untuk memupuk asa dan menebar harapan di tengah aktivitas Gunung Semeru yang masih tinggi.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022