Jakarta (ANTARA) - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 mencatat kasus positif COVID-19 mengalami kenaikan sebanyak 5.609 kasus sehingga totalnya kini menjadi 6.664.844 kasus sampai dengan pukul 12.00 WIB pada Rabu.

Dalam data yang ANTARA terima di Jakarta, Rabu, hal yang sama terjadi pada kasus aktif yang saat ini jumlahnya telah mencapai 59.276 kasus atau bertambah 1.157 kasus dari hari sebelumnya.

Korban jiwa akibat COVID-19 juga kembali bertambah. Tercatat jumlah orang yang meninggal ada 159.830 jiwa atau mengalami kenaikan sebanyak 41 jiwa.

Satgas juga melaporkan bahwa 5.432 orang dinyatakan sebagai suspek COVID-19 dan 73.029 spesimen sudah diperiksa di seluruh laboratorium yang Indonesia miliki.

Baca juga: Positif COVID-19 meningkat 5.766 kasus pada Selasa

Baca juga: Dua subvarian baru COVID sumbang lebih dari separuh kasus baru di AS


Meski demikian, kesembuhan pada pasien terus membaik karena bertambah 4.411 orang. Adapun jumlah pasien yang sembuh saat ini ada 6.445.738 orang.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meminta seluruh pihak untuk bersiap-siap menghadapi prediksi peningkatan kasus COVID-19 yang akan segera terjadi dalam waktu satu atau dua pekan ke depan.

“Kita sudah monitor secara daily (harian), harusnya kalau feeling saya kita akan mencapai puncaknya antara satu atau dua pekan ke depan. Kemungkinan puncaknya itu akan tercapai,” kata Budi.

Budi menekankan pemerintah terus melakukan pemantauan setiap harinya, untuk mengamati tren COVID-19 di Indonesia dari seluruh indikatornya.

Sayangnya, terlihat bahwa sejak varian XBB dan BQ.1 masuk ke Indonesia, jumlah orang yang terinfeksi semakin banyak dan patut diwaspadai. Dengan kehadiran dua varian tersebut, Budi memperkirakan jumlah kasus yang ditemukan akan mencapai 10.000-15.000 kasus per harinya.

Dengan keterisian tempat tidur di rumah sakit (BOR) jauh lebih rendah dibandingkan dampak dari varian-varian sebelumnya. Selain itu, pemerintah juga menggencarkan sero survey per enam bulan sekali untuk mengetahui titer antibodi milik masyarakat, yang dilakukan bersama FKM-UI.

Melalui sero survey itu, pemerintah dapat mengetahui dalam jangka waktu berapa lama antibodi masyarakat mengalami penurunan dan daerah mana yang perlu segera di booster. Sero survey juga membuktikan bahwa Indonesia memiliki antibodi yang sangat tinggi, sehingga tidak terlalu terdampak gelombang COVID-19 seperti yang terjadi di negara lain.

Budi mengingatkan meski antibodi sudah tinggi dan kasus masih di bawah prediksi monitoring pemerintah, semua pihak harus segera melengkapi dosis vaksinasinya dan tidak mengabaikan situasi saat ini.

Jika Indonesia berhasil menjaga jumlah kasus seperti saat ini, sampai dengan dua pekan ke depan, maka masyarakat tidak perlu menghadapi gelombang COVID-19 yang dapat menghambat berjalannya segala aktivitas dan perekonomian negara.

“Jika kita bisa mengendalikannya, maka Indonesia juga akan menjadi salah satu negara yang tidak mengalami gelombang besar dalam 12 bulan,” katanya.*

Baca juga: Satgas: Kasus COVID-19 di Indonesia bertambah 3.225 orang

Baca juga: Empat kabupaten di Babel tanpa penambahan COVID-19


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022