Solo (ANTARA) - Sebanyak 35 anak di Kota Solo, Jawa Tengah, terpaksa mendaftar kelas virtual untuk jenjang SMA, menyusul keterbatasan akses akibat sistem zonasi.

"Jumlah pendaftar sebetulnya melebihi kuota, namun ada yang mengundurkan diri jadi sekarang yang terdata 35 orang. Kemudian nanti dijadikan draf untuk SK. Kami konsultasi dan setelah dapat arahan dari pak wali, DPRD kemudian dikirim ke dinas terkait," kata Camat Pasar Kliwon Ahmad Khoironi pada sosialisasi kelas virtual di Kantor Kecamatan Pasar Kliwon Solo, Selasa.

Baca juga: Kelas virtual Bahasa Indonesia diluncurkan di Amerika Serikat

Meski tidak ada batas waktu penyerahan draf tersebut, dikatakannya, arahan dari Dinas Pendidikan Provinsi Jateng agar data dimasukkan maksimum tanggal 7 Juli 2022.

"Karena kaitannya dengan nomor induk siswa dan administrasi siswa, agar database terdaftar di SMAN 2 Surakarta," katanya.

Baca juga: Koreografer Eko Supriyanto berbagi ilmu lewat kelas tari virtual

Ia mengatakan, sosialisasi tersebut dilakukan untuk memastikan calon siswa maupun wali murid benar-benar berminat untuk mengikuti program kelas virtual tersebut.

"Kalau orang tua kan inginnya agar pendidikan anak terjamin mutunya, kualitas pendidikannya. Memang semua program ada kelemahan dan kelebihannya asal semua unsur berperan," katanya.

Baca juga: Liburan akhir tahun dengan ikut kelas virtual

Terkait hal itu, anggota Komisi IV DPRD Kota Surakarta Ekya Sih Hananto mengatakan, masyarakat Pasar Kliwon mendesak agar Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII segera mendirikan SMA di wilayah tersebut.

"Setiap tahun selama ada zonasi warga Pasar Kliwon tidak pernah dapat sekolahan. Kalau terlempar sekolah pasti di daerah Sukoharjo dan sekitarnya, yang terdekat ke SMAN 3 saja tidak bisa. Akhirnya banyak warga sekolah di swasta," katanya.

Baca juga: Zoom tambah otentikasi eksternal untuk kelas virtual yang lebih aman

Menurut dia, kondisi tersebut tidak mudah bagi sebagian warga mengingat banyak warga Pasar Kliwon yang kondisi ekonominya di bawah rata-rata.

"Kalau tidak bisa di sekolah negeri kan kasihan, makanya warga memohon untuk membuat pernyataan bahwa kami membutuhkan dan siap agar SMAN 2 dipindah di sini," katanya.

Baca juga: Warga Swiss antusias ikuti kelas bahasa Indonesia virtual

Pada kesempatan yang sama, salah satu warga Suyamto mengeluhkan sistem zonasi tersebut.

"Dari dulu memang zonasi, warga Pasar Kliwon termasuk agak terpinggir, daerah yang sulit terjangkau dengan adanya zonasi. Jauhnya beberapa kilometer dari rumah ke sekolah. Makanya kami minta pak camat dan pihak terkait untuk didirikan SMA Negeri di daerah Pasar Kliwon. Ini hak kami sebagai warga negara," katanya. ***3***

Baca juga: Kelas melukis virtual bisa jadi hobi baru di tengah pandemi

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022