Gianyar (ANTARA News) - Bertepatan dengan hari raya Kuningan pada Sabtu (16/7), warga Desa Pekraman Klusa, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali menggelar tradisi tajen atau sabungan ayam massal di Pura Hyang Api.

"Sejak pagi warga sudah datang membawa ayam jagoannya untuk diadu pada tajen massal di Pura Hyang Api," kata I Wayan Yoga Sudirga, salah seorang warga Banjar Keliki Kawan, Desa Klusa, Sabtu.

Ia mengatakan pelaksanan tajen itu sudah menjadi tradisi yang harus dilaksanakan setiap enam bulan sekali, tepatnya pada saat Hari Raya Kuningan.

Biasanya, jelas Yoga yang juga salah seorang tokoh masyarakat setempat, tajen massal itu sudah dimulai sejak pukul 06.00 wita hingga 18.00 Wita.

"Pagelaran tajen ini dilaksanakan selama 1 bulan 7 hari," jelasnya.

Saat ini, kata pria berambut gembal itu, di areal Pura Hyang Api para bebotoh akan memulai kegiatan dengan mencari lawan untuk mengadu ayam jagonya.

"Setelah mereka sepakat, pertarungan jago untuk tabuh rah atau ritual kurban langsung dilaksanakan," ujarnya.

Dia menyebutkan, para bebotoh akan menggelar tajen atau adu ayam jago lengkap dengan taji atau pisau kecil yang diikat dibagian kaki ayam jago.

Untuk arena yang dipakai, Yoga mengatakan tidak terbatas di suatu tempat atau kalangan tertentu lengkap dengan garis pembatas, melainkan bebas dimana saja selama masih ada di areal Pura Hyang Api.

"Ayam petarung bebas dilepas dimana saja , asalkan masih di lingkungan kompleks pura Hyang Api," katanya.

Ditanya tentang kemungkinan adanya taruhan uang, ia mengatakan kemungkinan itu pasti ada, namun warga mengganggap hal ini bukan judi.

Bendesa Pekraman Klusa I Wayan Suda mengatakan, ritual ini merupakan tradisi untuk membayar kaul (janji) kepada Bhatara dan Dewa yang beristana di Pura Hyang Api.

"Jika tak melaksanakan itu, maka hewan peliharaan warga bakal terkena wabah penyakit hingga mati secara massal alias grubug," katanya.

Ia mengatakan, kegiatan ritual ini sekaligus untuk memohon kepada Tuhan agar hewan peliharaan warga terselamatkan.

Salah satu warga yang sering ikut dalam pagelaran tradisi tajen massal, I Wayan Kertiyasa mempercayai soal kaul itu, bahkan dirinya selain ikut sabungan ayam, juga nunas tirta atau memohon air suci di pura itu.

Pria asal Desa Petulu, Kecamatan Ubud itu percaya dengan ikut metajen, sekaligus nunas (memohon) air suci di Pura Hyang Api, hewan peliharaannya akan selamat dari wabah penyakit.

"Ini sudah sering dibuktikan, untuk itu nanti saya akan hadir di arena tajen massal," ujar Wayan Kertiyasa.  (ANT199/K005/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011