vaksinasi bermanfaat mencegah terjadi gejala pada individu telah divaksinasi
Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyerukan seluruh pihak mengambil peran sebagai agen edukasi tentang COVID-19 terkait varian Omicron demi mencegah lonjakan kasus yang diprediksi memuncak pada akhir Februari 2022.

"Setiap individu masyarakat diharapkan mampu menjadi agen edukasi tentang COVID-19 terkait varian Omicron, gejala dan keluhan, cara pencegahan, dan tata cara isolasi mandiri," kata Ketua Pokja Penhirus Besar (PB-PDPI) Erlina Burhan saat konferensi pers terkait Omicron yang diikuti dari Aplikasi Zoom di Jakarta, Senin.

Pada awal 2022, kata Erlina, kasus COVID-19 di Indonesia meningkat signifikan dari sebelumnya. Berdasarkan data kasus harian dari Satgas COVID-19 pada 23 Januari 2022 angka penambahan kasus COVID-19 yaitu 2.925 kasus.

"Jumlah kasus varian Omicron hingga Minggu (23/1) adalah 1.629 kasus terkonfirmasi, dan akan lebih banyak lagi bila ditambah dengan kasus yang masuk kategori 'probable' yang sedang menunggu hasil pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS)," katanya.

Baca juga: PDPI: COVID-19 jadi 'flu biasa' saat kepatuhan prokes bersifat umum

Baca juga: PDPI dorong biaya perawatan pasien "long COVID-19" ditanggung BPJS


Menurut Erlina pada Sabtu (22/1) dilaporkan dua kasus kematian Omicron di Indonesia. Hingga hari ini, terjadi peningkatan seluruh kasus COVID-19 yang sangat signifikan Jika dibandingkan dengan data 1 Januari 2022.

Peningkatan ini diduga diakibatkan oleh varian baru COVID-19 Omicron. Varian Omicron memiliki kemampuan penularan dan kemampuan memperbanyak diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan varian-varian sebelumnya, kata Erlina.

Data menunjukkan bahwa sebagian besar kasus Omicron merupakan kasus tanpa gejala pada individu yang telah divaksinasi lengkap.

"Hal ini menunjukkan bahwa vaksinasi bermanfaat untuk mencegah terjadi gejala pada individu yang telah divaksinasi," katanya.

Selain itu, kata Erlina, data juga menunjukkan bahwa lebih dari 20 persen kasus Omicron di Indonesia saat ini merupakan kasus penularan lokal.

"Jika kasus terus meningkat dan tidak terkendali maka ada kemungkinan sistem kesehatan Indonesia akan kewalahan," katanya.

Ketua Umum PB PDPI Agus Dwi Susanto meminta pemerintah serta masyarakat untuk maksimal dalam melakukan upaya penanganan COVID-19, terutama pada upaya pencegahan penularan.

"Masyarakat yang layak untuk divaksin segera menjalani vaksinasi COVID-19 lengkap (dua dosis) di sentra pelayanan vaksinasi terdekat," katanya.

Agus juga mengingatkan masyarakat untuk taat pada prokes penggunaan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, tidak berpergian jika tidak mendesak termasuk perjalanan ke luar negeri, menghindari kerumunan membatasi mobilisasi.

Berdasarkan hasil observasi pasien di RSUP Persahabatan, PPDI menyebut keluhan klinis dari varian Omicron yang terbanyak adalah batuk kering, nyeri tenggorok, tenggorokan gatal, merasa kelelahan atau mudah lelah, hidung tersumbat/pilek, nyeri kepala. Gejala lainnya, namun jarang terjadi, adalah mual dan muntah, sesak napas, demam, diare.

"Gejala varian ini terkesan ringan, namun terdapat berbagai data yang menyebutkan bahwa gejala dapat menjadi berat seperti demam tinggi dan sesak napas berat pada kelompok lanjut usia, kelompok masyarakat dengan komorbiditas (penyakit kronik lainnya), dan anak-anak sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit," katanya.

Jika ada yang mengalami gejala seperti yang disebutkan di atas, kata Agus, segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan terdekat, melakukan isolasi mandiri di rumah, memperketat dan tetap disiplin pada protokol kesehatan, mengkonsumsi vitamin, mencukupi kebutuhan gizi, memperbanyak istirahat, dan tidak menunda-nunda untuk memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

Baca juga: PDPI: Pencegahan kunci utama hadapi semua varian dan pandemi COVID-19

Baca juga: Menkes: Pemerintah siapkan 80 ribu tempat tidur RS untuk COVID-19

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022