Jakarta (ANTARA  News) - Wakil Sekjen Pusat Ikatan Keluarga Alumni Universitas Trisakti Akmal BY menilai kasus pemancungan atas Ruyati, seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) di Mekkah, Arab Saudi, pada Sabtu (18/6) merupakan potret belum optimalnya upaya diplomatik di luar negeri.

Dalam siaran pers bersama Andi Kusuma Irfandi dari IKA Usakti Kalimantan Barat yang diterima di Jakarta, Kamis, disebutkan tidak habis negeri ini dilanda bulan-bulanan di dunia Internasional, mulai dari "penjajahan" ekonomi, sengketa batas wilayah, perampasan seni budaya, dan  problematika TKI yang tak habis-habis.

Akmal (alumni Teknik Informatika 1998) dan Andi (alumni Ekonomi 1999) menyatakan tingkat safety mulai dari kondisi prapemberangkatan TKI, urusan administratif hingga calo dan pungutan liar tidak sepadan dengan banyaknya kejadian mengenai TKI yang  berujung kepada hukuman mati, pemancungan maupun kejadian bunuh diri dari TKI.

"Sudah menjadi suatu rahasia umum bila penghargaan atas jasa, jerih payah di negeri ini memang tidak dihargai dengan layak. Hal inilah yang membuat banyak warga Indonesia melirik negeri seberang atau negeri luar yang menjanjikan secara finansial," kata Akmal.

Apabila ketenagakerjaan di Indonesia di atur dengan baik dan penghargaan diberikan secara optimal tentu tidak akan ke luar negeri karena negeri yang kaya ini seharusnya bisa memberikan jaminan mengenai kerja yang layak.

Khusus kasus Ruyati, katanya, pada saat mengalami persoalan di awal- awal seharusnya sudah bisa dianalisa dan diperhatikan secara intensif jajaran pemerintah.

"Seharusnya para diplomat Indonesia bisa cepat menanggapi  dengan langkah langkah yang dianggap perlu," kata Akmal.

Andi menambahkan seharusnya bukan Ruyati yang menerima kejadian itu melainkan adalah koruptor-koruptor di negeri ini, para pengemplang pajak, atau penerima bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

IKA Usakti berharap perbaikan penempatan dan perlindungan TKI bisa dilakukan dan di kemudian hari kelak tidak terulang kembali.(*)
(B009)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011