Samarinda (ANTARA) - Wakil Wali Kota Samarinda, Rusmadi, mengatakan, pembatalan PPKM tingkat 3 untuk Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 di seluruh Indonesia artinya pemerintah pusat menyerahkan kepercayaan kepada pemerintah daerah dan masyarakat.

"Ini juga termasuk membangun kesadaran masyarakat bahwa Covid-19 itu tidak bisa kita buat ringan. Ini persoalan serius," kata dia, di Samarinda, Kalimantan Timur, Selasa.

Ia menjelaskan, kelonggaran telah dibuka, berarti aktivitas masyarakat terkait ekonomi dan ibadah bisa berjalan secara nyaman.

Baca juga: Moeldoko pastikan tetap ada pembatasan meski PPKM level 3 batal

"Tetapi masyarakat juga harus sadar bahwa jika ini dimanfaatkan secara berlebihan dan terjadi peningkatan penyebaran Covid-19 yang drastis malah nantinya juga menyengsarakan kita semua," terangnya.

Ia pun merasa situasi saat ini membuat pemerintah daerah dan masyarakat lebih tertantang untuk tetap menyikapi secara hati-hati. "Tidak boleh sombong, tetap harus disiplin prokes. Kerumunan yang dilakukan secara berlebihan harus tidak ada," tegasnya.

Baca juga: Kepri sambut baik pembatalan PPKM Level 3 Natal dan tahun baru

Ia menyebut, pemerintah harus bekerja keras dalam mengimbau untuk membangun kesadaran masyarakat karena risikonya bukan hanya pemerintah saja, tetapi bangsa.

"Untuk mengembalikan suasana nyaman seperti kehidupan normal bukan sesuatu yang gratis kan setelah banyaknya korban," katanya.

Ia pun berharap kebijakan pemerintah pusat tersebut sebagai momentum untuk menyadarkan seluruh pihak.

Baca juga: Puan apresiasi keputusan pemerintah tak samaratakan PPKM

Pihaknya, mendukung kebijakan tersebut karena Pemerintah Kota Samarinda sejak awal memang sudah memikirkan faktor keselamatan sebagai yang utama kemudian ekonomi pun harus berjalan.

"Hanya kemarin ada kebijakan pemerintah pusat yang membatasi ya kita harus tunduk. Tetapi prinsipnya ekonomi, kemanusiaan dan kesehatan nggak bisa dipisahkan," jelasnya.

Baca juga: PPKM Level 3, kapasitas ibadah Natal di gereja dibatasi 50 persen

Menurut dia tidak mungkin masyarakat memiliki daya tahan tubuh kalau stres tidak ada penghasilan. "Yang penting masyarakat kalau bisa kegiatan terutama ibadah dan Natal itu dilakukan di lingkungan keluarga secara terbatas," imbaunya.

Kalaupun harus di tempat ibadah seperti gereja, ia menegaskan masyarakat harus tetap mempertimbangkan faktor keselamatan karena risikonya yang berbahaya.

Pewarta: Gunawan Wibisono/R'sya R
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2021